Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penertiban Jalan Terus meski Menjelang Pilkada DKI 2017

Kompas.com - 02/09/2016, 07:06 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Biasanya, kepala daerah tidak akan membuat kebijakan yang menyebabkan masyarakat marah menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada). Namun, hal yang sebaliknya justru terjadi di Jakarta.

Pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta 2017 yang sudah semakin dekat tidak membuat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menghentikan kegiatan penertiban bangunan liar.

Padahal, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Sumarno pernah secara khusus meminta hal itu dihentikan. Alasannya untuk memudahkan penyusunan data pemilih. Namun, kata Sumarno, Ahok menolak permintaan itu.

"Jawabannya Pak Gubernur, penggusuran akan terus berjalan. Pak gubernur menyatakan (penertiban) ini sudah program pemda dan memang program ini akan dilanjutkan," kata Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno, di kantor KPU DKI Jakarta, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (24/8/2016).

Penertiban pun jalan terus. Kawasan Pasar Ikan dan Rawajati merupakan beberapa kawasan yang sudah dibongkar oleh Pemprov DKI. Sempat ada perlawanan dalam penertiban. Sejumlah aksi protes warga digelar. Meski demikian, perlawanan itu tidak mampu menghentikan kegiatan penertiban.

Ahok menyampaikan alasannya menolak permintaan KPU DKI. Ahok mengatakan, dia tidak mau bersikap baik kepada warga dengan menunda penggusuran hanya untuk menang di Pilkada DKI.

Bagi dia, penertiban yang dilakukan Pemprov DKI tidak tergantung pada waktu pelaksanaan Pilkada melainkan tergantung pada kesiapan rumah susun. Selama rumah susun siap, penertiban akan terus dilakukan.

"Patokan saya bukan soal pemilihan. Kalau karena pemilihan, saya lebih baik enggak usah (gusur) dong. Saya baik-baikin supaya mereka simpati sama saya," ujar Ahok.

Ia tahu penertiban yang dilakukan membuatnya bisa kehilangan dukungan dari warga khususnya warga yang terdampak kegiatan penertiban itu. Namun dia tidak peduli. Dia memilih untuk mengambil risiko kehilangan pendukung dengan melakukan banyak penertiban.

Bukan untuk persulit warga

Kamis kemarin, Pemerintah Kota Jakarta Selatan menertibkan permukiman liar di Rawajati. Warga sempat menghadang petugas yang mau membongkar rumah mereka. Namun, akhirnya warga menyerah dan membiarkan rumahnya dibongkar.

Menurut Djarot, penertiban yang dilakukan Pemprov DKI selalu manusiawi. Termasuk penertiban di Rawajati kemarin. Selain itu, tujuan penertiban juga bukan untuk menyulitkan warga melainkan untuk memberi kehidupan yang lebih baik lagi.

"Kami bisa fasilitasi mereka kalau mau pindah di mana, ke sekolah terdekat, enggak akan kami persulit. Kami akan selesaikan dengan baik," kata Djarot.

Selain diberi unit rusun, warga juga ditawari mengambil lapak untuk usaha di pasar milik PD Pasar Jaya, di antaranya Pasar Tebet dan Pasar Jambul. Mereka digratiskan biaya menyewa lapak di pasar tersebut selama enam bulan.

"Jadi kami relokasi enggak semena-mena dan sangat manusiawi, menurut saya. Kemudian itu tanah kan milik PT KAI, bantaran rel, ini Ibu Kota negara lho, harus bersih dan tertib," kata Djarot.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Teka-teki Kematian Pria dengan Tubuh Penuh Luka dan Terbungkus Sarung di Tangsel

Teka-teki Kematian Pria dengan Tubuh Penuh Luka dan Terbungkus Sarung di Tangsel

Megapolitan
Rute Transjakarta 10B Cipinang Besar Selatan-Kalimalang

Rute Transjakarta 10B Cipinang Besar Selatan-Kalimalang

Megapolitan
Adik Kelas Korban Kecelakaan Bus di Subang Datangi SMK Lingga Kencana: Mereka Teman Main Kami Juga

Adik Kelas Korban Kecelakaan Bus di Subang Datangi SMK Lingga Kencana: Mereka Teman Main Kami Juga

Megapolitan
Orangtua Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang Mendatangi SMK Lingga Kencana

Orangtua Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang Mendatangi SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Megapolitan
Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Megapolitan
Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Megapolitan
Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com