Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja Jakarta-Depok Terjerumus ke Kafe Hiburan Malam karena Tergiur Gaji yang Bisa untuk Beli Mobil

Kompas.com - 06/09/2016, 15:14 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pelaku yang menjual remaja perempuan asal Jakarta dan Depok bermodus menawarkan pekerjaan dan penghasilan yang menggiurkan. Tiga korban tak pernah menyangka kalau akhirnya mereka malah dipekerjakan sebagai wanita di kafe hiburan malam.

Salah satu pelaku yang berperan merekrut, E, mengatakan, korban dijanjikan pekerjaan dengan gaji yang dalam beberapa bulan sudah bisa untuk membeli mobil. Tipu daya pelaku ini ternyata dipercayai tiga korbannya.

"Dia enggak bilang kalau bakal dipekerjakan di sana, di kafe. Waktu masih di sini dia bilang dua-tiga bulan (kerja di sana) nanti sudah bisa beli mobil," kata anggota Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Sumatera Barat yang mendampingi korban, Mafrizal, di kantor Komnas Perlindungan Anak, di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (6/9/2016).

Namun, setelah sampai di kafe tersebut, barulah ketiga korban sadar kalau mereka dijerumuskan. Mereka juga hanya diberi tahu mendapat penghasilan Rp 600.000-Rp 700.000.

Ayah korban R, M (48), mengatakan, anaknya trauma setelah dipaksa bekerja di kafe hiburan malam tersebut.

"Di sana dia dikurung enggak bisa ke mana-mana, dipaksa kerja mulai maghrib sampai pukul 02.00 (dini hari) di kafe itu," ujar M.

R juga pergi tanpa pamit kepada orangtuanya. Baru setelah mencari ke rumah teman anaknya yang juga korban, yakni D, M tahu kalau R sudah ada di Pasaman, Sumatera Barat.

Keluarga D sudah mengetahui hal itu lebih dulu setelah salah satu pengunjung kafe yang kasihan dengan korban memberi pinjaman ponseluntuk menghubungi keluarganya.

"Saya saja bingung, tahu-tahu anak saya sudah di sana. Ponsel dia sama ponselnya D itu ditinggal di rumah D, enggak dibawa. Anak saya juga enggak bawa pakaian apa-apa pas berangkat," ujar M.

Sebelumnya diberitakan, dua remaja asal Jakarta dan seorang remaja asal Depok menjadi korban perdagangan anak. Tiga korban dipekerjakan di kafe untuk melayani tamunya. Para korban berinisial D (12), R (16), dan A (18).

Awalnya, A, yang berteman dengan E, ditawari pekerjaan oleh E. Selanjutnya, E meminta A mengajak temannya yang lain. A akhirnya mengajak D, yang juga mengajak R. Tiga korban kemudian berangkat ke Sumatera Barat menumpang pesawat dengan ibu dari E, yakni B, yang juga mami di kafe hiburan malam tersebut.

Sempat bekerja empat hari melayani tamu, tiga korban itu akhirnya diselamatkan setelah kafe itu digerebek polisi.

Sejauh itu, para korban tidak mengalami kekerasan seksual, tetapi sudah mengalami pelecehan seksual secara verbal dari para pengunjung kafe.

Tiga korban tersebut kini sudah dipulangkan dan ditempatkan di rumah aman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com