Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingginya Iuran RT/RW Jadi Sorotan Ahok

Kompas.com - 07/09/2016, 09:29 WIB
David Oliver Purba

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok geram mendengar keluhan warga terkait tingginya iuran yang dipungut pengurus RT/RW di sejumlah kelurahan di Ibu Kota. Salah satu kelurahan yang dikeluhkan memungut iuran cukup tinggi yaitu di Kelurahan Pluit, Jakarta Utara.

Pengurus RT/RW di kelurahan itu disebut Ahok memungut iuran terhadap warga mencapai Rp 1 juta. Keluhan-keluhan itu yang melatarbelakangi Ahok untuk menerbitkan peraturan gubernur (pergub) yang mempermudah jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memecat pengurus RT/RW yang menarik pungutan dari warganya.

"Seperti di Pluit kemarin dia minta satu bulan sejuta. Kalau ada 1.000-2.000 rumah berarti dapat Rp 2 miliar dong sebulan," kata Ahok di Balai Kota, Senin (5/9/2016).

Menanggapi pernyataan Ahok itu, Lurah Pluit Yoel Sibarani akan memanggil semua pengurus RT/RW di Kelurahan Pluit untuk meminta kejelasan mengenai biaya iuran warga yang dipungut.

Terkait kelaziman besaran iuran yang dipungut dari warga, Yoel mengatakan bahwa secara resmi tidak ada patokan besaran iuran. Menurut dia, bisa saja antar RT/RW di Kelurahan Pluit membebankan iuran yang berbeda.

Yoel menyampaikan, sejumlah kondisi harus dipertimbangkan ketika RT/RW memungut iuran warga. Kondisi itu seperti besaran cakupan wilayah serta okupansi wilayah tersebut.

Di samping itu, besaran iuran juga berdasarkan pada variabel pembiayaan yang akan dilakukan. Lazimnya, variabel pembiayaan itu mencakup kebersihan dan keamanan lingkungan.

"Saya masih mendengar (biaya iuran) itu, akan saya cross check lagi dengan seluruh RT/RW agar jelas permasalahannya. Perkara berapa besarnya, harus dicek variabelnya, tetapi yang pasti harus dengan persetujuan warga," ujar Yoel, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (6/9/2016).

(Baca: Sebut Ada RT/RW yang Tarik Iuran Rp 1 Juta Per Bulan, Ahok Terbitkan Pergub soal Pemecatan RT/RW)

Yoel menyampaikan, kenaikan iuran yang ditarik pengurus RT/RW dari warga di wilayah Pluit bisa saja terjadi. Kenaikan iuran itu, kata Yoel, berdasarkan sejumlah faktor, yaitu kenaikan biaya keamanan lingkungan, serta sejumlah perbaikan di lingkungan tersebut.

Namun, ia menekankan bahwa kenaikan iuran itu harus melalui persetujuan dari warga. Jika warga menolak kenaikan, maka pihak RT/RW tidak bisa memaksa dan harus mencari hitungan biaya yang tepat agar kedua pihak sepakat.

"Iuran dalam hal ini sepanjang manfaatnya dirasakan warga, ya maka itu tidak menjadi masalah. Kalau misalnya iuran itu mahal, tetapi warga tidak diberikan apa yang sesuai, hasilnya tidak baik," ujar Yoel.

Di RW 15 Kelurahan Pluit, pengurus RW menetapkan biaya iuran menurut ukuran rumah. Untuk ukuran rumah 6 meter x 20 meter, iuran yang dipatok sebesar Rp 175.000, untuk rumah ukuran 10 meter x 20 meter sebesar Rp 235.000, sedangkan untuk ukuran di atas itu, pihak RW mematok iuran sebesar Rp 350.000.

Iuran itu digunakan untuk membayar kebersihan, keamanan serta fasilitas perawatan pompa air. Pompa air yang dimaksud yaitu pompa yang berfungsi menyedot air ketika hujan. Pompa itu berfungsi mencegah terjadinya genangan air di daerah tersebut.

Menurut salah satu pengurus RW yang enggan disebutkan namanya, dia mengatakan, tidak ada satupun warga yang keberatan dengan jumlah iuran itu. Warga menganggap maklum dengan jumlah biaya yang dibebankan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Megapolitan
DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

Megapolitan
7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

Megapolitan
Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Megapolitan
Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang "Itu Jarinya Buntung"

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Megapolitan
Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Megapolitan
Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Megapolitan
Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com