Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Penantang Ahok, dari Cikeas hingga Kertanegara

Kompas.com - 22/09/2016, 07:42 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Di ruko di Jalan Melawai Raya Nomor 16, Sandiaga memulai maraton politiknya. Ruko yang dijadikan posko pemenangan itu tak pernah sepi. Sepanjang pekan ini, Sandiaga aktif melayani wartawan mulai dari pukul 10.00 hingga pukul 11.00.

Namun, siang harinya, Sandiaga harus siap untuk tiba-tiba melakukan pertemuan politik. Setelah bertemu di rumah Prabowo di Jalan Kertanegara bersama Yusril Ihza Mahendra pada Selasa (20/9/2016) malam, Sandiaga kembali diminta menghadap Prabowo pada Rabu (21/9/2016) siang.

"Saya bagusan pakai yang ini atau ini?" kata Sandiaga menunjukkan dua kaus pemenangannya yang memiliki nuansa biru berbeda, Rabu siang. Baju berwarna biru itu menjadi doa bagi Sandiaga.

Setiap Rabu, ia meminta relawannya mengenakan busana biru untuk menunjukkan dukungannya. Namun, pada Rabu kemarin, dukungan paling utama dibutuhkan Sandiaga dari para elite politik.

Pertemuan dengan para petinggi partai yang bukan pendukung Ahok terus-menerus dilakukan bak maraton. Terlebih lagi, banyak yang harus diluruskan dan dirumuskan oleh kubu ini.

"Jadi, Pak Prabowo mau meluruskan. Partai lain mikirnya Gerindra sama PKS nih sudah final masangin Sandiaga-Mardani, padahal belum. PKS hanya menawarkan, beliau masih nomor satu, koalisi ini tetap ngajuin satu pasang calon," katanya.

Kesalahpahaman antara partai di koalisi pendukung Sandiaga terjadi menyusul munculnya nama Mardani Ali Sera dari PKS sebagai wakil yang akan mendampingi Sandiaga. Partai Demokrat, PPP, PKB, dan PAN mengancam menarik dukungannya bagi Sandiaga jika pasangan itu yang diputuskan oleh Gerindra.

Keempat partai itu pun sempat mencetuskan akan membentuk poros alternatif dan mengusung calon sendiri.

Namun, Prabowo Subianto bersikukuh bahwa demi pilkada satu putaran, partai di luar pendukung Ahok harus bersatu mengajukan satu pasangan calon, meski jika artinya Sandiaga yang selama ini paling keras kampanye harus jadi nomor dua.

Maka dari itu, pada Rabu sore, Prabowo bertemu dengan sejumlah tokoh untuk menyampaikan hal ini.

Prabowo duduk bersama Presiden PKS Sohibul Iman dan Ketua Majelis Syuro DPP PKS Habib Salim Assegaf Al Jufri.

M Taufik dan Syarief dari DPD Gerindra juga kemudian dipanggil. Mantan Ketua DPD PDI-P Boy Sadikin juga sempat diajak bertemu.

Setelah pertemuan sore bersama Prabowo, Sandiaga harus mengikuti acara keluarganya.

Namun, ponselnya tak berhenti berdering, mengabarkan perkembangan bongkar pasang nama di Cikeas. Di sana, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengundang Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PPP Romahurmuziy, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.

Mereka berusaha merumuskan skenario untuk menantang Ahok yang tak kunjung terfinalisasi hingga dini hari.

"Mereka terus tossing names, tetapi enggak ditentuin juga," kata Sandiaga menunggu dengan gundah. (Baca: Gerindra Ingin "Head to Head" Lawan Ahok, Ada Skenario Sandiaga -Yusril)

Hingga pukul 22.00 WIB, Sandiaga tak henti-hentinya memastikan agar namanya jadi opsi utama di Cikeas. Ia pun kembali menemui Prabowo di rumah Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Di sana, ada beberapa petinggi PKS, Gerindra, dan juga Yusril Ihza Mahendra.

"Semua masih menunggu juga hasil dari Cikeas, dalam 12 jam harus diputuskan," kata Sandiaga.

Kompas TV 4 Parpol Ini Rapat Bakal Cagub Jakarta 2017
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com