Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok, Sebutan Orang "Sakti" yang Kini Jadi Tersangka...

Kompas.com - 17/11/2016, 09:11 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pernah dijuluki sebagai orang sakti oleh Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra.

Julukan itu terlontar ketika keduanya masih sama-sama belum mendaftarkan diri ke KPU. Ketika itu, tahapan pilkada juga belum dimulai. Ahok dijuluki sakti oleh Yusril karena selalu bisa lolos dari masalah apa pun.

"Kalau orang sakti, enggak perlu berbuat apa-apa. Duduk-duduk saja, tenang-tenang saja, karena dia kebal atas segala hal, ya dia selamat, dia escape tanpa berbuat apa pun. Nah, itulah Pak Ahok," kata Yusril, Kamis (3/3/2016) ketika itu.

Meski banyak dikagumi, Ahok juga seorang politikus yang punya banyak musuh. Ahok berkali-kali diterpa dengan kasus hukum. Lawan politiknya sering menggunakan berbagai isu untuk menyerang Ahok.

Sebut saja kasus pembelian lahan RS Sumber Waras. Ketika itu, banyak aksi unjuk rasa yang dilakukan berbagai kelompok masyarakat. Bahkan, anggota DPRD DKI sempat mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi untuk memastikan kasus RS Sumber Waras ditindaklanjuti.

Namun, akhirnya KPK telah menyatakan tidak menemukan adanya tindak pidana dalam kasus pembelian lahan milik Rumah Sakit Sumber Waras, Jakarta Barat, oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Kemudian, Ahok juga diterpa masalah reklamasi. Banyak pihak yang mengkritiknya karena memberikan izin reklamasi kepada pengembang. Ahok sempat dijuluki "Gubernur Podomoro" karena kebijakannya yang dinilai menguntungkan pengembang.

Namun, kasus reklamasi yang semula ditujukan kepada Ahok malah menjerat salah seorang anggota DPRD DKI Mohamad Sanusi. Sanusi didakwa menerima suap dari pengembang untuk meloloskan raperda reklamasi. (Baca: Ahok: Pak Yusril Harus Sadar, Orang Sakti Pasti Kalahkan Orang Hebat)

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat mendengar pengaduan warga di Rumah Lembang, Jakarta, Senin (15/11/2016). Bareskrim Polri menetapkan Ahok sebagai tersangka dalam kasus dugaan penistaan agama, Rabu 16 November 2016.

Kini, Ahok tersandung kasus yang disebabkan oleh ucapannya sendiri di Kepulauan Seribu. Ahok dinilai menistakan agama setelah mengutip Al Quran surat Al-Maidah ayat 51.

Sebenarnya, ucapan Ahok di Kepulauan Seribu tidak dipermasalahkan pada dua pekan pertama. Namun situasi berubah heboh ketika video Ahok tersebar di media sosial. Ahok dilaporkan ke polisi atas tuduhan penistaan agama.

Ahok sudah meminta maaf atas ucapannya di Kepulauan Seribu. Dia pun berjanji tidak akan menguti kitab suci lagi.

Namun, banyak masyarakat yang sudah terlanjur marah. Hingga akhirnya terjadi aksi unjuk rasa besar-besaran pada 4 November lalu. Aksi itu meminta Polri untuk segera menindaklanjuti kasus penistaan agama ini.

Usai aksi itu, Ahok mengaku rela ditangkap dan dipenjara jika dia memang membuat negara menjadi kacau. Namun, dia tidak mau dipenjara karena ulah fitnah seseorang.

"Kalau negara ini betul-betul begitu kacau karena seorang Ahok, saya rela ditangkap, dipenjara. Tapi bukan (dipenjara) karena difitnah menghilangkan kata 'pakai'," ujar Ahok.

Dia mengacu kepada Buni Yani, pengunggah video Ahok di Kepulauan Seribu. Atas kasus ini, Presiden Jokowi sampai menginstruksikan agar gelar perkara kasus Ahok dilakukan secara terbuka demi transparansi. (Baca: Yusril Ajak Umat Islam Maafkan Ahok)

Kemarin, Bareskrim Polri pun resmi menetapkan Ahok sebagai tersangka kasus penistaam agama, setelah melakukan gelar perkara pada hari sebelumnya. Kini, julukan Ahok si orang sakti yang diberikan Yusril tidak terbukti.

Kenyataannya, Ahok tidak kebal hukum. Ahok sendiri sudah memilih untuk tidak mengajukan praperadilan. Dia bersedia diadili seperti warga negara lainnya.

"Terima kasih untuk semua dukungan yang mengalir. Saya terima dan ikuti proses hukumnya karena saya percaya ini contoh yang baik untuk demokrasi," ujar Ahok kepada pendukungnya, melalui akun twitter.

Kompas TV Ahok Ditetapkan Tersangka Dugaan Penistaan Agama
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com