Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Kondisi Kapal Penyeberangan ke Kepulauan Seribu

Kompas.com - 11/01/2017, 10:06 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi penyeberangan dari Jakarta ke wilayah Kepulauan Seribu menjadi sorotan beberapa waktu terakhir. Hal itu menyusul terjadinya kebakaran yang terjadi terhadap KM Zahro Express pada Minggu (1/1/2017).

Saat terjadinya kebakaran, KM Zahro Express ditengarai sedang memuat penumpang melebihi kapasitas.

Minggu (8/1/2017) akhir pekan lalu, Kompas.com sempat mencoba menyeberang ke wilayah Kepulauan Seribu dari titik pemberangkatan yang sama dengan KM Zahro Express, yakni Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara.

Tiba di lokasi sekitar pukul 06.00 WIB, suasana di Pelabuhan Kali Adem terpantau sangat padat akibat dipenuhi oleh orang-orang yang hendak menyeberang ke Kepulauan Seribu.

Menurut seorang warga asal Pulau Pramuka, Husni (46), kepadatan selalu terjadi pada waktu tersebut karena banyaknya orang-orang yang hendak kembali ke Kepulauan Seribu untuk memulai rutinitas terkait pekerjaannya pada keesokan harinya.

"PNS, yang dagang juga. Yang bukan orang sana biasa balik Jumat, Minggu-nya udah balik sana lagi," kata Husni.

Pada Minggu pagi itu, Kompas.com berencana menuju Pulau Pramuka. Setelah mendapat informasi dari petugas pelabuhan, diketahui bahwa satu-satunya kapal motor yang hendak menyeberang ke wilayah Kepulauan Seribu pada saat itu adalah KM Radja. (Baca: Kapal PT Pelni Rute Kepulauan Seribu Juga Akan Beroperasi dari Pelabuhan Kali Adem )

Penumpang yang hendak naik dikenakan tarif Rp 40.000. Tarif dibayar di loket. Setelah melewati pemeriksaan petugas di depan kapal, penumpang pun dipersilakan naik ke atas kapal. Saat itu, kondisi di dalam KM Radja terpantau sudah sesak oleh penumpang.

Jumlah penumpang yang ada terlihat lebih banyak dari jumlah kursi yang tersedia. Akibatnya, banyak penumpang yang harus duduk di luar kapal, salah satunya Kompas.com.

Para penumpang yang duduk di luar terlihat tak ada satupun yang dibekali rompi pelampung keselamatan. Karena rompi ini diletakkan di atas kursi penumpang. Sehingga hanya penumpang yang mendapat tempat duduk-lah yang mendapatkannya.

KM Radja adalah kapal berukuran besar yang terbuat dari kayu. Menurut Husni, kapal jenis ini biasanya membutuhkan waktu tempuh hingga 3 jam untuk dapat sampai di Pulau Pramuka.

Kompas.com/Alsadad Rudi Kapal-kapal yang melayani penyeberanngan ke Kepulauan Seribu di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Minggu (9/1/2017).
Sebenarnya ada satu kapal lain tujuan Pulau Pramuka yang berangkatnya nyaris bersamaan dengan KM Radja, yakni KM Kerapu 1. KM Kerapu 1 adalah kapal cepat yang berukuran kecil. Karena daya tampungnya terbatas, tiket yang tersedia pun cepat habis.

Menurut Husni, waktu tempuh KM Kerapu 1 menuju Pulau Pramuka hanya sekitar 1 jam. Adapun tarifnya sekitar Rp 50.000. Karena alasan kapal yang penuh sesak, Kompas.com akhirnya menyeberang ke Pulau Pramuka dengan menggunakan KM Kerapu 1. (Baca: Jumlah Penumpang Kapal Tak Sesuai Manifes Jadi Sorotan)

Berangkat sekitar pukul 08.30 WIB, kapal terpantau baru tiba di Pulau Pramuka sekitar pukul 11.15 WIB, setelah sebelumnya singgah di Pulau Pari dan Pulau Panggang. Molornya waktu kedatangan akibat sempat terjadinya masalah pada mesin yang kemasukan sampah di laut. Perbaikan mesin yang memakan waktu yang cukup lama dilakukan di Pulau Pari.

Saat tiba, KM Radja terpantau sudah bersandar di dermaga. Yang artinya kapal tersebut sudah tiba lebih dulu di Pulau Pramuka ketimbang KM Kerapu 1.

Halaman:


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com