Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Hakim Minta Kamerawan dari Pemprov DKI Tak Takut terhadap Ahok

Kompas.com - 24/01/2017, 17:26 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Seorang kamerawan video dari Dinas Komunikasi, Informatika, dan Kehumasan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ikut dihadirkan dalam sidang lanjutan kasus penodaan agama dengan terdakwa Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama di Auditorium Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa (24/1/2017).

Dia adalah Nurcholis Majid (35). Majid adalah saksi fakta yang hadir di lokasi saat terjadinya dugaan penodaan agama di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada 27 September 2016.

Selama persidangan, Majid terlihat gugup. Hal itu terlihat dari pelannya volume suaranya saat menjawab pertanyaan yang diajukan hakim.

Majid adalah orang yang merekam saat Ahok menyampaikan sambutan yang kemudian dipermasalahkan karena menyebut isi Al Quran, yakni dari Al Maidah ayat 51. Namun, kepada hakim, ia mengaku justru tidak menyimak sambutan yang disampaikan Ahok.

"Saya enggak nyimak karena fokus ngambil gambar," kata Majid saat menjawab pertanyaan yang diajukan Ketua Majelis Hakim Dwiarso Budi Santiarto.

Pada kesempatan itu, majelis hakim juga sempat menanyakan tanggapan Majid atas video yang direkamnya yang kemudian dipermasalahkan. (Baca: Suara Ahok Meninggi Saat Sampaikan Keberatan, Adiknya Menenangkan)

Hakim menanyakan apakah Majid tahu bagian mana yang dipermasalahkan. Namun, kepada hakim, Majid menjawab tidak tahu. Penyebabnya karena dia belum menyaksikan video yang menayangkan cuplikan ucapan Ahok.

Hakim: Jadi sampai sekarang saudara tidak tahu bagian mana yang dipermasalahkan?

Majid: Enggak.

Hakim: Kenapa enggak?

Majid: Enggak minat.

Hakim: Enggak minat apa takut?

Kepada Majid, majelis hakim meminta agar dia tidak perlu takut dalam menyampaikan keterangannya. Hakim menduga, Majid takut karena keberadaan Ahok.

"Saudara jangan takut dengan terdakwa ini. Di sini semuanya sama," ucap Dwiarso. (Baca: Saksi Pelapor Ini Keberatan Saat Kuasa Hukum Ahok Permasalahkan Izin Atasan)

Ucapan Dwiarso tampak membuat Ahok tersenyum. Dalam keterangannya selama sidang, Majid menerangkan bahwa dirinya hanya bertugas mengambil gambar. Dia tidak terlibat dalam proses edit dan penayangan video di YouTube.

Menurut Majid, proses edit dan penayangan video dilakukan oleh editornya.

"Selesai acara, pulang kantor, langsung saya serahkan. Begitu selesai, langsung saya kasih," ucap Majid.

Kompas TV Kasus Penodaan Agama Tak Hanya "Panas" di Ruang Sidang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com