Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Jakarta dalam Ramalan Raja Tarumanagara Purnawarman

Kompas.com - 21/02/2017, 16:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - “Ramalan” soal banjir Jakarta pun jauh-jauh hari sudah tersurat dalam Prasasti Tugu. Ditemukan di Cilincing, Jakarta Utara, prasasti itu berujung pada tafsir bahwa Jakarta bakal tenggelam seperti Kerajaan Tarumanagara di muara Sungai Citarum akibat banjir. (Kompas, 18/1/2014).

Arkeolog Universitas Indonesia, Hasan Djafar, menuturkan, Prasasti Tugu diperkirakan dibuat Raja Tarumanagara Purnawarman pada sekitar 450 Masehi.

Di dalamnya ada lima baris kalimat berhuruf palawa yang menyingkap pembuatan kanal dari Sungai Candrabagha (Kali Bekasi) dan Kali Gomati (Kali Cakung) sepanjang 11 kilometer.

Pembuatan kanal tersebut diperkirakan memiliki dua tujuan, yaitu meredam banjir dan untuk irigasi pertanian. 

"Kanal yang dibuat dari Kali Gomati melintasi Istana Tarumanagara sebelum menuju laut,” kata Hasan, seperti dikutip Kompas. Konon saat itu seribu ekor sapi disembelih sebagai bagian dari kegiatan pembuatan kanal tersebut.

Hasan lalu menunjuk beberapa lokasi di Jakarta seperti di Pasar Ikan dan Museum Bahari. Dari hasil penggalian untuk risetnya, ditemukan tanah asli terpendam sampai setengah meter lebih. Salah kelola, Jakarta akan "mengulang" cerita berakhirnya Tarumanagara. Ingat, Jakarta dilewati 13 sungai.

Buku Jakarta 2017 - Rencana Pembangunan Jangka Menengah - menambahkan pula fakta bahwa wilayah DKI adalah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata hanya tujuh meter di atas permukaan laut. Bahkan, ketinggian 40 persen wilayah Jakarta adalah satu meter hingga 1,5 meter di bawah muka laut pasang.

Merujuk buku yang sama, luasan banjir dan genangan di Jakarta dari 1980 sampai 2007 malah terus bertambah. Dari 7,7 kilometer persegi pada 1980, bertambah menjadi 22,59 kilometer persegi pada 1996, lalu 167,88 kilometer pada 2002, dan 238,32 kilometer persegi pada 2007.

Tak hanya Raja Tarumanagara yang berupaya mencari solusi untuk tak membiarkan Jakarta tenggelam begitu saja. Setiap Pemerintahan yang pernah menggenggam otoritas atas tanah ini juga silih berganti merancang solusi.

Dalam buku Batavia Kota Banjir yang ditulis Alwi Shahab, banjir di Jakarta setidaknya juga memusingkan 66 gubernur jenderal di Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia. Setelah masa kemerdekaan, kepusingan berlanjut menjadi “warisan” bagi Wali Kota hingga Gubernur DKI.

Toh, soal hasil upaya, sampai sekarang belum ada yang terbukti ampuh. Itulah kenapa, sederet pembangunan infrastruktur, penggusuran, pembersihan, hingga normalisasi sungai tetap menjadi “soal ujian” bagi Ahok di periode kepemimpinannya. Itu juga, tak serta-merta banjir akan hilang dari Jakarta, apa pun yang Ahok jalankan sekarang.

Sumber: VIK

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com