JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Media Survei Nasional (Median) menemukan sebuah anomali yang memperlihatkan bahwa warga puas terhadap kinerja Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat saat memimpin Jakarta, tetapi tidak memilih Ahok-Djarot pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017.
Terkait fenomena ini, anggota tim pemenangan pasangan calon gubernur-wakil gubernur nomor pemilihan dua DKI Jakarta Ahok-Djarot, Charles Honoris, mengatakan bahwa anomali itu jarang terjadi.
"Ini anomali ya, saya pikir bahwa di dunia ini belum ada survei di mana lebih dari 50 persen warganya puas terhadap kinerja, tetapi hanya setengahnya yang memilih," kata Charles, kepada wartawan, di Jalan Cemara Nomor 19, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (7/3/2017).
(Baca juga: Survei Median: Tingkat Kepuasan Ahok-Djarot Tinggi, tetapi Tidak Dipilih)
Melihat hal itu, kata dia, tim pemenangan bersama Ahok-Djarot berkampanye dengan mengedepankan kinerja.
Tim pemenangan, kata dia, ingin mencerdaskan warga Jakarta. Apa pun hasil Pilkada DKI Jakarta 2017, lanjut dia, mencerminkan penerapan demokrasi di Ibu Kota.
"Kami memberikan pencerahan kepada warga bahwa demokrasi yang kami inginkan adalah demokrasi yang menilai kandidat dari kinerja, bukan dari latar belakang SARA dan sebagainya," kata Charles.
Menurut dia, jika warga puas terhadap kinerja Ahok-Djarot, seharusnya juga memilih mereka saat hari pencoblosan.
Sementara itu, jika hasilnya tak seperti itu, kata Charles, demokrasi di Jakarta masih mengedepankan primordialisme sehingga strategi kampanye tak akan diubah.
"Pendekatan kinerja pasangan calon kami kan tidak sulit ya, hanya harus mengembalikan ingatan publik mengenai apa yang sudah dilakukan Ahok-Djarot selama dua tahun terakhir. Itu saya rasa seluruh warga Jakarta sudah merasakan kinerja Ahok-Djarot," kata politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tersebut.
Berdasarkan hasil survei Median, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Ahok-Djarot sebesar 56,3 persen responden yang menyatakan puas. Sementara itu, 30 persen responden lainnya mengaku tidak puas.
Meski dianggap mampu dan kinerjanya memuaskan, ketika ditanya apa yang tidak disukai dari Basuki-Djarot, 28 persen responden menyebutkan soal tidak bisa menjaga kata-kata.
Disusul dengan soal kasus dugaan penodaan agama sebanyak 10,7 persen, arogan sebesar 9,3 persen, dan lainnya.
Total tone negatif soal Ahok-Djarot sebesar 65,7 persen. Responden dalam survei ini sejumlah 800 warga DKI Jakarta yang mempunyai hak pilih.
(Baca juga: Survei Median Temukan Fenomena "Asal Bukan Ahok" dalam Pilkada DKI)
Survei dilakukan pada rentang waktu dari tanggal 21 sampai 27 Februari 2017, dengan margin of error sebesar plus minus 3,4 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Peneliti menentukan sampel dalam survei ini dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi di seluruh kotamadya di Jakarta dan faktor gender. Sumber pendanaan survei berasal dari dana mandiri pihak Median.