Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Nasib Buruh Garmen di Depok

Kompas.com - 17/07/2017, 09:07 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Para buruh garmen di Kota Depok, Jawa Barat, menghadapi dilema. Besaran upah minimum mereka jauh lebih rendah dari upah minimum pada umumnya di wilayah itu. Di sisi lain industri garmen terancam gulung tikar sehingga tuntutan kenaikan upah rasaya sulit dipenuhi.

Saat ini, upah minimum buruh garmen di Depok hanya 1,4 juta per bulan. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dari upah minimum provinsi (UMP) Jawa Barat yang mencapai Rp 3,2 juta per bulan.

Baca juga: Buruh Garmen di Depok hanya Diberi THR Rp 8.000 oleh Perusahaannya

Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Depok, Diah Sadiah, mengatakan, besaran upah minimum buruh garmen dengan jumlah Rp 1,4 juta merupakan kesepakatan bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan perwakilan serikat pekerja buruh garmen yang diawasi langsung Kementerian Tenaga Kerja.

Selain di Depok, upah khusus tersebut juga berlaku di Kabupaten Bogor, Kabupaten Purwakarta, dan Kota Bekasi.

"Apindo menyampaikan kondisi seluruh perusahaan garmen di Jawa Barat yang terancam gulung tikar karena omzetnya semakin turun," kata Diah saat dihubungi akhir pekan lalu.

Menurut Diah, besaran upah minimum Rp 1,4 juta sebenarnya terlalu rendah. Selain jauh di bawah UMP, besaran itu juga jauh lebih rendah dari survei hidup layak Kota Depok. Pada tahun 2017, survei hidup layak di Kota Depok mencapai Rp 2,9 juta.

"Kalau melihat survei hidup layak, harusnya besaran upah naik dari tahun kemarin," kata Diah.

Karena itu, Diah mengatakan Pemerintah Kota Depok sedang mengusulkan agar upah minimum buruh garmen dinaikan. Meski tak mencapai besaran UMP, Diah berharap agar jumlahnya lebih tinggi dari yang ditetapkan saat ini.

Diah mengatakan, pihaknya menyadari kesulitan yang kini dialami para pengusaha industri garmen. Data Disnaker Depok menyebutkan, ada tujuh perusahaan garmen yang ada di Depok. Dari jumlah tersebut, ada 10.000 pekerja yang sampai saat ini menggantungkan hidupnya dari industri garmen.

"Pemerintah berharap perusahaan tidak memecat para pekerja dengan penetapan upah khusus ini. Maka opsi upah khusus menjadi alternatif terbaik agar para buruh bisa terus bekerja," kata Diah.

Saat ini, usulan itu sudah disampaikan Disnaker Depok ke Kemenaker.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Megapolitan
Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Megapolitan
Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Megapolitan
Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com