Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak SD Jadi Korban Perundungan SARA di SDN di Pekayon, Pasar Rebo

Kompas.com - 31/10/2017, 17:01 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memastikan bahwa ada siswa SD di Jakarta Timur yang jadi korban perundungan terkait isu SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) oleh sesama temannya di sekolah.

Sebelumnya, melalui info yang beredar, disebutkan bocah JS (8) sering jadi korban perundungan oleh teman-temannya karena dianggap bukan berasal dari kalangan pribumi.

"Kami menyayangkan pihak sekolah yang tidak mengetahui dugaan bullying yang terjadi di sekolah dan perlu dilakukan penyelidikan lebih jauh oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta terkait dugaan pembiaran bullying sesama peserta didik yang terjadi di SDN Pekayon 16 Pasar Rebo Jakarta Timur," kata Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati saat dihubungi Kompas.com, Selasa (31/10/2017).

Rita dan tim sebelumnya menelusuri info yang beredar di media sosial dan beberapa grup chat ke sekolah yang disebutkan, yaitu SDN 16 Ciracas. Namun di sekolah itu tidak ada bocah bernama JS dan tidak ada kasus semacam itu di SDN 16 Ciracas. Hal itu pun sempat dianggap sebagai hoaks atau informasi palsu.

Baca juga : Hoaks, Info di Medsos soal Anak SD Korban Perundungan Non-pribumi

Menurut Rita, kasus itu memang tidak terjadi di SDN 16 Ciracas tetapi SDN Pekayon 16 Pasar Rebo.

Berdasarkan cerita yang beredar dari salah satu akun Facebook bernama Bearo Zalukhu, bocah JS sering diperlakukan kasar, baik secara fisik maupun verbal. JS diperlakukan seperti itu karena teman-temannya menganggap dia bukan pribumi.

Menurut pemilik akun Bearo yang mengaku paman dari JS, keponakannya menerima perlakuan seperti itu sejak kasus dugaan penodaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ramai diberitakan di media massa. Kala itu, JS sering disamakan dengan Ahok dan teman-temannya melampiaskan kekesalan mereka dengan menonjok, bahkan mengatakan akan membunuh JS.

"Sangat kita sayangkan dugaan konteks bullying terkait ujaran kebencian keyakinan dan dukungan Pilkada DKI yang sudah selesai," kata Rita.

KPAI berjanji akan mendampingi bocah JS. Karena terlalu sering jadi korban perundungan, JS kini sudah dua pekan tak masuk sekolah.

"Kami imbau semua pihak tidak melakukan diskriminasi dan tindakan kekerasan terhadap ananda JS atas alasan apapun, ini sangat bertentangan dengan UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, di mana setiap anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan atau pihak lain," kata Rita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com