Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat Pengemudi Ojek "Online" yang Dianggap seperti "Anak Haram"

Kompas.com - 23/11/2017, 05:43 WIB
Stanly Ravel

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Persaingan usaha dalam mendapatkan penumpang kini menjadi salah satu beban yang dirasakan para pengemudi ojek aplikasi alias online. Belum lagi adanya tekanan tarif murah dari pihak manajemen demi persaingan pasar.

Berangkat dari impitan tersebut, para pengemudi ojek online yang tergabung dalam beberapa komunitas mendorong pemerintah untuk membuat regulasi. Tujuannya untuk melindungi hak, mendapat pengakuan, serta terwujudnya kesetaraan.

"Kami merasa dirugikan dengan perang tarif, perang promo ini, promo itu dari pihak aplikator. Kami harap dengan adanya regulasi dari pemerintah seperti untuk taksi online, akan tercipta kesetaraan dalam hal tarif," ucap Rahman Tohir, Ketua Forum Komunitas Driver Online Indonesia (FKDOI) di Jakarta, Rabu (22/11/2017).

Baca juga : Tak Ada Regulasi, Lebih Baik Tutup Aplikasi Ojek Online

Menurut Tohir, perang promo serta kebijakan yang makin menurunkan tarif membuat kondisi para pengemudi ojek online di lapangan minim pendapatan. Belum lagi dengan tidak adanya pembatasan jumlah pengemudi dari aplikator.

"Bayangkan kami dipaksa narik jauh, tapi memakai tarif rendah atau promo, belum lagi dengan potongan 20 persen yang diambil oleh aplikator untuk tiap transaksi yang kami lakukan. Makin teriak kami," kata Tohir.

Separuh jalan di depan Stasiun Tebet jadi tempat parkir ojek online, Senin (18/9/2017).KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR Separuh jalan di depan Stasiun Tebet jadi tempat parkir ojek online, Senin (18/9/2017).
Selamet Wahyudi dari Komunitas Go-Jek Depok juga ikut merasakan pahitnya pemberlakuan tarif murah. Menurutnya, hal tersebut merugikan pengemudi dari sisi tenaga dan materi.

"Berat untuk kami lakukan, tapi mau gimana lagi, mau tidak mau harus dijalani. Mereka tidak berpikir di lapangan persaingan makin banyak. Kami juga butuh bensin, pulsa, servis kendaraan kan," ucap Selamet.

Baca juga : Kata Pengemudi Ojek Online yang Dicap Biang Macet karena Sering Ngetem

Oleh karena itu, para pengemudi ojek online berencana melakukan aksi di depan Kementerian Perhubungan dan Istana Merdeka untuk menyampaikan aspirasi mereka pada Kamis (23/11/2017). Mereka berharap, pemerintah dapat menetapkan regulasi agar tercipta standar bagi tiap aplikator.

"Intinya kami ingin dimanusiakan, diakui, dan terjadi kesetaraan. Dengan regulasi, maka mereka (aplikator) tidak akan semena-mena menetapkan tarif dan merekrut banyak driver demi meraih keuntungan saja," ujar Badai, pengemudi ojek online lainnya.

Baca juga : Komunitas Ojek Online: Maaf bila Besok Bikin Macet dan Susah Pesan

Ojek Online yang manggkal di bawah kolong flyover dekat Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (16/11/2017).Stanly Ojek Online yang manggkal di bawah kolong flyover dekat Stasiun Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (16/11/2017).
Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) Azas Tigor Nainggolan mengatakan nasib para pengemudi ojek online ini tidak menentu akibat tidak adanya regulasi yang jelas.

"Mereka ini seperti anak haram, tidak diakui tapi dibutuhkan. Mereka selama ini tidak sejajar padahal perjanjiannya sebagai mitra dari aplikator, tapi dalam perjalanannya justru kesulitan," ucap Tigor. 

Baca juga : Ojek Online seperti Anak Haram, Tak Diakui tetapi Dibutuhkan

Tigor berharap, pemerintah dapat membuat regulasi yang jelas mengenai keberadaan ojek online sebagai transportasi berbasis aplikasi. Sama seperti halnya taksi online yang sudah memiliki payung hukum dari Peraturan Menteri (PM) 108.

Kompas TV Meski sudah resmi berlaku, pemerintah memberi kelonggaran sampai tiga bulan ke depan bagi taksi online.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Megapolitan
KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

Megapolitan
Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Megapolitan
Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Megapolitan
Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Megapolitan
Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Megapolitan
Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Megapolitan
Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Megapolitan
Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Megapolitan
Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com