Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Berharap Mendulang Rezeki di Vihara Dharma Bakti

Kompas.com - 16/02/2018, 21:22 WIB
Ardito Ramadhan,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Selayaknya perayaan hari besar lainnya, perayaan Tahun Baru Imlek 2018 di Vihara Dharma Bakti, Glodok, Jakarta Barat, juga membuat sejumlah orang ketiban rezeki.

Sam adalah salah satunya. Laki-laki asal Cirebon itu merupakan seorang pedagang burung yang biasa mangkal di depan vihara. Ia mengaku pendapatannya meningkat berkali-kali lipat pada perayaan Tahun Baru Imlek tahun ini.

"Kalau (pendapatan) sehari-hari kadang enggak menentu. Kadang dapat Rp 150.000, kadang bisa Rp 300.000, itu kalau hari biasa. Kalau Imlek tembus lah Rp 1 juta," kata Sam saat ditemui di vihara, Jumat (16/2/2018).

Sam menuturkan, dia menjajakan tiga jenis burung, yaitu burung pipit, tekukur, dan merpati. Burung pipit dibanderol Rp 1.500 per ekor, burung tekukur dihargai Rp 30.000 seekor, dan Rp 150.000 untuk sepasang burung merpati. Burung pipit agaknya menjadi favorit para pembeli.

"Tergantung orang-orang sih mau beli apa. Ada yang 100 ada juga yang 300 burung, rata-rata 50 burung. Yang paling umum burung pipit karena kecil-kecil, jadi ramai," kata Sam.

(Baca juga: Komunitas "Sketch", Mengabadikan Momen Unik Imlek dalam Bentuk Sketsa)

Burung dagangan Sam di depan Vihara Dharma Bakti, Glodok, Jakarta Barat, Jumat (16/2/2018)KOMPAS.COM/Ardito Ramadhan D Burung dagangan Sam di depan Vihara Dharma Bakti, Glodok, Jakarta Barat, Jumat (16/2/2018)
Burung-burung tersebut nantinya akan dilepaskan di tengah vihara sebagai salah satu bagian dari ritual Imlek.

Pada Imlek kali ini, Sam mengaku telah berhasil menjual 5.000 ekor burung. Ia mengatakan, dirinya berjualan sejak subuh hingga sore hari.

Nasib agak berbeda dialami Roma, seorang pedagang bunga yang lapaknya tak jauh dari lapak milik Sam. Meskipun jumlah pembelinya meningkat, ia mengaku keuntungannya selama Imlek tidak meningkat secara signifikan.

"Kalau pembeli mah selalu naik setiap Imlek. Cuma Imlek tahun ini harga bunga mahal-mahal, jadi susah dapat untungnya," kata Roma yang memasok bunga dagangannya dari Pasar Rawa Belong, Jakarta Barat.

Roma pun mesti rela mengeluarkan uang banyak untuk berjualan.

"Mau enggak mau harus beli mahal, kami kan mau jualan juga mumpung Imlek," kata dia.

Ia pun mengeluhkan sejumlah bunganya yang tidak laku.

"Ini bunga sudah dua hari, lihat saja tuh sudah mulai layu. Kalau enggak laku, ya mesti dibuang, rugi juga," kata Roma.

Selain dipenuhi para pedagang, vihara saat Imlek juga dipenuhi ratusan pengemis. Mansur, seorang petugas keamanan di vihara, menjelaskan bahwa kemunculan para pengemis itu sudah menjadi langganan tiap Imlek tiba.

"Ini datangnya sudah dari 'mancanegara', enggak jelas datangnya dari mana. Yang pasti enggak semuanya warga sini. Setiap tahun sudah jadi pemandangan biasa," kata Mansur.

Pantauan Kompas.com, halaman Vihara Dharma Bakti siang tadi dipenuhi oleh ratusan pengemis yang terdiri dari ibu-ibu, lansia, dan sejumlah anak kecil.

Kompas TV Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila mengunjungi Wihara Dharma Raya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Megapolitan
Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Megapolitan
Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Megapolitan
15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com