Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPTJ: Masyarakat Sudah "Terninabobokkan" dengan Kemacetan

Kompas.com - 24/07/2018, 15:22 WIB
Stanly Ravel,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono berpendapat, masyarakat harus bisa meninggalkan angkutan pribadi dan beralih ke transportasi umum untuk menekan kemacetan lalu lintas yang makin parah di Jakarta.

Sayangnya dia menilai, masyarakat khususnya pemilik kendaraan pribadi, enggan meninggalkan kendaraan mereka untuk kemudian beralih ke transportasi umum.

"Selama ini masyarakat sudah seperti terninabobokkan menggunakan kendaraan pribadi. Bayangin, mereka rela bayar tol kena macet tiap hari tapi tidak komplain, apa itu namanya tidak terninabobokkan. Ini berarti ada pergeseran nilai sosial," kata Bambang, kepada Kompas.com di Epicentrum, Selasa (24/7/2018).

Baca juga: ERP Dioperasikan April 2019, Setelah MRT Beroperasi

Hal ini bukan tanpa sebab. Bambang mengatakan, selama ini, pemerintah sudah terlambat menyediakan moda transportasi umum yang memadai.

Sementara di sisi lain, tingkat produksi kendaraan pribadi semakin meningkat setiap tahunnya seiring dengan tingginya mobilitas masyarakat ke Ibu Kota.

"Bayangkan, pergerakan orang di Jakarta itu 50 juta per hari, otomatis mereka menggunakan angkutan yang bisa mereka gunakan, yaitu angkutan pribadi. Nah, karena itu, pemerintah perlu mengadakan aturan-aturan," ucap dia.

Baca juga: Kurangi Kemacetan, Sandiaga Bilang Akan Ada Jalur Transjakarta di Tol Dalam Kota

Bambang menilai, perlu ada pergerakan cepat untuk mengatasi hal ini, karena bila tidak, situasi lalu lintas akan makin tidak terkendali.

"Kita harus ubah pola-pola pergeseran seperti ini, kita harus bertanggung jawab untuk mengembalikan layanan ke masyarakat, sekali pun masyarakatnya enggak sadar seperti yang tidak komplain tadi," ujar dia.

Kompas TV Korlantas Mabes Polri, mengeluarkan 4 kebijakan lalu lintas untuk mengatasi kemacetan selama Asian Games.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sudah dengan PKB, Gerindra Kota Bogor Masih Buka Peluang Koalisi dengan Partai Lain

Sudah dengan PKB, Gerindra Kota Bogor Masih Buka Peluang Koalisi dengan Partai Lain

Megapolitan
Khawatirnya Mahmudin soal Rencana Penertiban Juru Parkir Liar, Tak Bisa Lagi Cari Nafkah...

Khawatirnya Mahmudin soal Rencana Penertiban Juru Parkir Liar, Tak Bisa Lagi Cari Nafkah...

Megapolitan
Ketua STIP Sebut Kasus Penganiayaan Putu akibat Masalah Pribadi, Pengamat: Itu Salah Besar, Tidak Mungkin

Ketua STIP Sebut Kasus Penganiayaan Putu akibat Masalah Pribadi, Pengamat: Itu Salah Besar, Tidak Mungkin

Megapolitan
Berkas Pendaftaran Cagub-Cawagub DKI Jalur Independen Diserahkan 8-12 Mei 2024

Berkas Pendaftaran Cagub-Cawagub DKI Jalur Independen Diserahkan 8-12 Mei 2024

Megapolitan
Cara Daftar Seleksi Calon Atlet PPOP DKI Jakarta 2024 dan Syaratnya

Cara Daftar Seleksi Calon Atlet PPOP DKI Jakarta 2024 dan Syaratnya

Megapolitan
Fortuner Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ adalah Mobil Dinas Polda Jabar

Fortuner Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ adalah Mobil Dinas Polda Jabar

Megapolitan
Foto Kondisi Longsor Sepanjang 10 Meter di Perumahan New Anggrek 2 Depok

Foto Kondisi Longsor Sepanjang 10 Meter di Perumahan New Anggrek 2 Depok

Megapolitan
Kebakaran Toko Pakaian di Pecenongan Diduga akibat Korsleting

Kebakaran Toko Pakaian di Pecenongan Diduga akibat Korsleting

Megapolitan
Pengembangan Stasiun Tanah Abang Pangkas 'Headway' KRL Jalur Serpong, Jadi Lebih Cepat Empat Menit

Pengembangan Stasiun Tanah Abang Pangkas "Headway" KRL Jalur Serpong, Jadi Lebih Cepat Empat Menit

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen DKI Dibuka, Syarat Calon Dapat 618.968 Dukungan Warga Jakarta

Pendaftaran Cagub Independen DKI Dibuka, Syarat Calon Dapat 618.968 Dukungan Warga Jakarta

Megapolitan
Fenomena Tawuran di Pasar Deprok, Disebut Ulah Provokator dan Diawali Pemasangan Petasan

Fenomena Tawuran di Pasar Deprok, Disebut Ulah Provokator dan Diawali Pemasangan Petasan

Megapolitan
Syoknya Lansia di Bogor, Nyaris Tewas Usai Tertimbun Reruntuhan Rumahnya yang Ambruk akibat Longsor

Syoknya Lansia di Bogor, Nyaris Tewas Usai Tertimbun Reruntuhan Rumahnya yang Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok

Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok

Megapolitan
Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban

Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban

Megapolitan
Sopir Diduga Mengantuk, Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ

Sopir Diduga Mengantuk, Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com