Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejahterakan Atlet, Pesan Terakhir Mantan Sprinter Purnomo Yudhi

Kompas.com - 15/02/2019, 21:56 WIB
Cynthia Lova,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Mantan atlet lari nasional, Purnomo Muhammad Yudhi, memberikan pesan-pesan terakhir sebelum ia mengembuskan napas terakhir pada Jumat (15/2/2019).

Gian Asiara, anak pertama Purnomo bercerita, pesan terakhir ayahnya berkaitan dengan bidang yang digeluti sebagai atlet selama puluhan tahun.

"Pesannya lucu memang, tidak untuk keluarga. Dia (Purnomo) sampaikan, jangan sampai ada mantan atlet yang kayak Papa," ucap Gian di rumah duka, Tangerang Selatan, Jumat (15/2/2019).

Gian mengatakan, ayahnya berpesan agar dirinya meneruskan perjuangan ayahnya untuk menyuarakan kesejahteraan atlet.

Baca juga: Papa Purnomo Sosok yang Kuat, Memotivasi Penderita Kanker seperti Dia

"Ia berpesan agar saya melanjutkan yang ia cita-citakan selama ini. Ia ingin menyejahterakan mantan-mantan atlet yang berprestasi ataupun tidak berprestasi, yang tidak berprestasi pun harus diketahui masa depannya seperti apa, apalagi yang berprestasi," ucap Gian.

Gian mengatakan, ayahnya berharap pemerintah lebih memperhatikan atlet-atlet di Indonesia.

"Dia ingin atlet itu diperhatikan. Bapak itu selalu benci kata-kata 'Majukan olahraga Indonesia'. Kenapa ia benci, karena olahraga Indonesia enggak akan pernah mundur. Itu sudah tugasnya pemerintah untuk menyejahterakan. Olahraga maju terus tapi orangnya yang mundur," ucap Gian.

Ia berharap, dengan dirinya sebagai calon anggota legislatif, ia dapat meneruskan cita-cita ayahnya.

"Aku ingin meneruskan cita-cita dia (Purnomo) yang ingin menyejahterakan atlet. Aku sudah coba sekarang, menang kalahnya yang penting aku sudah ikuti kata Bapak," ujar Gian.

Gian mengatakan, ayahnya orang yang tak pernah menyerah untuk bangkit dari sakitnya.

Baca juga: Mantan Sprinter Indonesia, Purnomo, Meninggal Dunia

"Ia enggak pernah menyerah dalam apa pun. Beliau itu selalu membawa diri sebagai motivator. Walaupun dia sakit, dia merasa paling hebat," ucap Gian.

"Saya tuh malah enggak pernah tahu kapan ayah sakitnya, yang saya tahu dia selalu sehat. Memang bulan-bulan ini saja yang kelihatan dia sangat lemah," tambah Gian.

Purmomo meninggal dunia karena penyakit kanker getah bening. Dia wafat di usia 56 tahun. 

Mantan atlet kelahiran Purwokerto, 12 Juli 1862 itu mengharumkan nama Indonesia pada tahun 1980-an.

Dia merupakan peraih dua medali emas SEA Games 1985 untuk nomor 200 meter dan estafet 4x100 meter.

Selain itu, Purnomo juga pernah tampil membawa bendera Indonesia di Olimpiade Los Angeles 1984 dan lolos hingga ke semifinal nomor lari 100 meter. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com