Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klaim Kemenangan, Prabowo Diingatkan Saat Anies Unggul dari Ahok Berdasarkan Quick Count

Kompas.com - 18/04/2019, 14:34 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) DKI Jokowi-Ma'ruf, Prasetio Edi Marsudi mengingatkan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto maupun pendukungnya akan hasil quick count atau hitung cepat saat Pilkada DKI 2017.

Ini mengingat banyak pendukung Prabowo-Sandi yang menolak mengakui perhitungan cepat sejumlah lembaga terhadap Pilpres 2019.

"Quick count yang ada sekarang, yang kredibel, ini kan semua melihat Pak Jokowi dan Pak Amin di atas mereka semua. Kita bisa lihat itu. Sama juga waktu Pilkada DKI Pak Anies dengan Pak Ahok terlihat juga kan," kata Prasetio kepada wartawan, Jumat (18/4/2019).

Baca juga: Demokrat Hormati Klaim Kemenangan Prabowo, tetapi...

Usai pemungutan suara untuk gubernur-wakil gubernur DKI pada April 2017, sejumlah lembaga survei menggelar hitung cepat dan menunjukkan Anies-Sandi meraih suara lebih banyak dari Ahok-Djarot.

Lembaga yang dimaksud adalah Litbang Kompas (Ahok-Djarot 42 persen; Anies-Sandi 58 persen), PolMark Indonesia (Ahok-Djarot 42,44 persen; Anies-Sandi 57,56 persen), LSI Denny JA (Ahok-Djarot 42,33 persen; Anies-Sandi 57,67 persen), dan SMRC (Basuki-Djarot 41,94 persen; Anies-Sandi 58,06 persen).

Hasil itu tak jauh berbeda dengan real count atau hitung nyata yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta yakni 57,96 persen atau 3.240.967 suara untuk Anies-Sandi dan 42,04 persen atau 2.350.366 suara untuk Ahok-Djarot.

Baca juga: Prasetio: Saya Tahu Persis Pak Prabowo dan Pak Sandi Gentleman

Sementara jika ditarik ke pilpres 2019, keempat lembaga survei menampilkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin memperoleh suara lebih banyak.

Hasil hitung cepat Litbang Kompas, misalnya. Dengan sampel masuk 97 persen, Jokowi-Ma'ruf unggul dengan 54,52 persen. Adapun Prabowo-Sandi 45,48 persen

Kemudian hitung cepat versi LSI Denny JA menunjukkan Jokowi-Ma'ruf Amin unggul dengan perolehan 55,77 persen atas Prabowo-Sandi yang meraih 44,23 persen. Perolehan ini berdasarkan 99,50 sampel suara yang sudah masuk.

Sementara menurut SMRC, Jokowi memperoleh 54,86 suara dan Prabowo 45,14 persen. Ini berdasarkan 97,11 persen sampel suara yang masuk.

Baca juga: Prasetio Minta Pendukung Jokowi Tak Euforia

Meski bukan hasil pasti, Prasetio meyakini hitung cepat pilpres ini tak akan jauh berbeda dengan hitung nyata KPU nanti.

"Quick count kan cuma pandangan, bayangan yang secara normatif kita bisa berharap kondisinya enggak terlalu jauh. Nah legalitasnya nanti setelah KPU memutuskan siapa pemenangnya. Kita alhamdulillah, itu aja," ujar dia.

Soal tuduhan kecurangan, Prasetio mengatakan pihak yang keberatan bisa memprotes lewat jalur hukum. Ia mempersilakan mereka yang kecewa untuk menggugat hasilnya ke KPU, Bawaslu, maupun Mahkamah Konstitusi.

"Ya kita enggak merasa curang. Kalau merasa curang ya laporkan aja dan kita akan hadapi curangnya di mana," kata dia.

Hasil hitung cepat dari sejumah lembaga survei menunjukkan Jokowi-Ma'ruf unggul dengan selisih sekitar 10 persen dari Prabowo-Sandi.

Namun, hasil hitung cepat memang bukan hasil resmi. KPU akan melakukan rekapitulasi secara berjenjang untuk menetapkan pemenang Pilpres 2019.

Pihak Jokowi-Ma'ruf Amin mengamini hasil hitung cepat tanpa selebrasi. Sementara pihak Prabowo-Sandi menolak mengakui hitung cepat dan mengklaim kemenangan berdasarkan "real count" sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com