Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal dari Mimpi, Winardi Mengaku sebagai Imam Mahdi

Kompas.com - 30/05/2019, 14:41 WIB
Cynthia Lova,
Rachmawati

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Winardi mengaku-ngaku sebagai Imam Mahdi berawal dari mimpi. Ia mengklaim dirinya sebagai Imam Mahdi atas anugerah Allah SWT setelah menjalankan perintahnya melalui mimpi.

Dalam mimpi, Winardi bercerita telah melalui perjalanan roh dari Padepokan Trisula Weda di Kampung Perigi, Kelurahan Belahan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat ke kampung halamanya di wilayah Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Di kampung halamannya Winardi kemudian bertemu dengan almarhum kakek, nenek, ibu, bapak, dan leluhurnya.

Baca juga: Viral, Seorang Satpam Asal Depok Mengaku Sebagai Imam Mahdi

Setelah itu dirinya mengajak sekeluarganya ke Tanah Suci, Arab Saudi.

"Saya menjalankan di waktu malam hari mendapatkan perintah dan kehendak Allah, ini bukan kemauan saya. Pemberian nama Imam Mahdi diberikan oleh Allah SWT. Jadi bukan saya memberikan nama itu (Imam Mahdi)," kata Winardi di Kantor Kecamatan Sawangan, Rabu (29/5/2019) malam.

Sesampainya di Tanah Suci, sambung Winardi, ia mengarahkan para leluhurnya untuk menjalankan ibadah tawaf di Masjidil Haram.

Kemudian, ia juga memandu keluarganya untuk menjalankan ibadah jamrah aqabah dengan mengambil tujuh batu kerikil.

"Saya mengambil tujuh batu kerikill dan melempar jamrah. Selanjutnya saya diperjalankan ke makam Nabi Muhammad SAW di Madinah," cerita dia antusias.

Mimpi tersebut yang kemudian membuat Winardi mengaku sebagai Imam Mahdi.

Namun, kini Winardi telah bertobat setelah mendapat nasehat dan masukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok bahwa julukan yang diberikan Imam Mahdi adalah sesat dan keliru.

Ia juga mengaku menyesal dan meminta ampunan (tobat).

"Tadi saya sudah sampaikan kegiatan saya ditutup. Saya tobat dan saya menyesal," ucapnya.

Baca juga: Mengaku Imam Mahdi, Pria Depok Meminta Maaf dan Menutup Padepokannya

Winardi juga berjanji menutup kegiatannya dan mengubah warna cat musala rumahnya yang awalnya dianggap sebagai tempat ritual, sebab warna dan bentuknya seperti kabah.

"Saya akan menutup kegiatan ini selamanya. Besok juga saya akan merubah cat musala rumah saya agar masyarakat tidak salah sangka," ucapnya.

Sebelumnya, Ketua MUI Kota Depok KH Dimyati Badruzzaman, mengatakan hasil dari musyawarah atau tabayun (konfirmasi) pihaknya bersama sejumlah ulama terhadap Winardi dan para muridnya, disepakati bahwa ajaran dan pengakuan dari Winardi menyesatkan.

Hal tersebut diungkapkannya merujuk pada penjelasan Alquran dan hadis Nabi Muhammad SAW yang dituliskan dalam tiga buku  yang judulnya khusus berkaitan dengan Imam Mahdi.

"Orang yang tak lagi sesuai dengan ajaran hadis maka ini salah, keliru, dan tidak benar. Maka ini ajaran yang menyimpang. Kami meminta agar Winardi bertobat dan gelar Imam Mahdi agar ditinggalkan. Dan muridnya dapat meninggalkan karena tak sesuai dengan ajaran," ucap Dimyati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com