Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gedung Sekolah St Paskalis yang Digembok Tentara Telah Dibuka Lagi

Kompas.com - 31/08/2019, 19:07 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Pendidikan St. Paskalis yang menaungi sekolah St. Paskalis dan St. Mikael di area Kodam-Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat, bisa bernapas lega. Gedung sekolah yang mulanya digembok tentara, sudah dibuka kembali usai tercapai kesepakatan antara kedua pihak, Sabtu (31/8/2019) sore.

"Tanah itu memang sejarahnya milik mereka (Kodam Jaya TNI AD). Tadinya mau dipakai untuk perluasan sarana mereka," ujar Romo Robertus Agung Suryanto OFM, pembina Yayasan Pendidikan St. Paskalis kepada Kompas.com, Sabtu sore.

"Sudah balik. Sudah bertemu dengan Pangdam (Pangdam Jaya, Mayjend Eko Margiyono), sudah selesai solusinya, sudah dibuka gemboknya. Ada kesepakatan yang mesti ditandatangani oleh yayasan," tambah Agung.

Agung enggan membeberkan rinci kesepakatan kedua belah pihak yang baru bertemu pada Sabtu petang. Ia hanya memastikan, kegiatan belajar-mengajar di sekolah tersebut bisa kembali bergulir mulai Senim mendatang hingga dua tahun ke depan.

Kodam Jaya mempersilakan tanah itu dipinjam lagi untuk dua tahun ke depan.

"Kami ikuti permintaan mereka dulu saja, dua tahun. Kami mengajukan sampai enam tahun. Dari mereka memberi tenggat waktu dua tahun ke depan bisa dipakai," kata Agung.

Sebelumnya, surat terbuka Agung kepada Presiden RI Joko Widodo viral di media sosial Twitter.

Dalam suratnya yang dipublikasi oleh fanpage Facebook resmi Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Jumat kemarin, Agung meminta Jokowi serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy turun tangan membantu penyelesaian kasus lahan sekolah itu.

Kami mohon untuk turut memikirkan dan mempertimbangkan juga rencana pengambil-alihan aset yang telah 45 tahun lebih digunakan untuk pelayanan pendidikan (persekolahan St Michael dan St Paskalis) dan juga pelayanan kesehatan masyarakat umum (poliklinik) yang hingga hari ini semua karya itu semata-mata adalah karya sosial yang menyapa dan melayani warga sederhana,” tulis Agung.

"Semua karya itu murni bersifat sosial (nonprofit) dan kemanusiaan,” tambah dalam akun itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com