BEKASI, KOMPAS.com – Mayoritas warga Bekasi dan Jakarta dianggap setuju bila kedua wilayah itu digabung.
Kesimpulan itu muncul dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga survei Median pada 21 September 2019 sampai 5 Oktober 2019.
Survei itu dilakukan terhadap 500 warga Bekasi dan 500 warga Jakarta yang dipilih melalui multistage random sampling.
Adapun margin of error berkisar pada +/- 4,3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Berikut ini rangkuman dari hasil jajak pendapat tersebut.
Khusus untuk responden asal Bekasi, sebanyak 60,6 persen responden setuju jika Kota Bekasi menyatu dengan Ibu Kota.
"Hanya sebesar 11,4 persen warga saja yang tidak setuju, sedangkan 26 persen warga menjawab tidak tahu," kata Direktur Eksekutif Median Rico Marbun dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Jumat (18/10/2019).
Setidaknya ada lima alasan utama bagi warga Kota Bekasi yang setuju dengan wacana penggabungan ke Jakarta.
"Sebanyak 14,4 persen menganggap lebih dekat dengan wilayah DKI Jakarta daripada Bandung," jelas Rico.
"Lalu, 7,8 persen menganggap (Bekasi) akan lebih maju dan berkembang; 7,8 persen setuju dengan usulan Pemkot Bekasi bergabung dengan DKI Jakarta; 5,8 persen menganggap lebih strategis dengan DKI Jakarta; 5,8 persen ingin mengatasi pengangguran," paparnya.
Sebaliknya, sebagian besar responden asal Jakarta pun sepakat jika Bekasi bersama mereka.
Sebanyak 70,4 persen responden Jakarta menyetujui wacana itu. Angka ini lebih besar daripada tingkat persetujuan warga Bekasi sendiri.
Median mencatat bahwa 12,6 persen responden asal Jakarta dan setuju wacana itu menginginkan agar Ibu Kota lebih luas. Ini jadi alasan utama mereka setuju dengan wacana tersebut.
Ada empat alasan lain yang memperkuat sikap Jakarta setuju akan penggabungan itu, antara lain karena wilayah keduanya dekat (6 persen).
Sementara itu, 3,4 persen responden Jakarta berharap agar Bekasi lebih maju ketika bergabung dan ada peningkatan dalam pemasukan Pemprov DKI maupun peluang saling menguntungkan.