JAKARTA, KOMPAS.com - Rabu (4/12/2019) siang, terlihat para pengendara motor yang melewati perllintasan sebidang di jalur kereta Stasiun Ancol.
Perlintasan kereta itu menghubungkan Jalan Budi Mulia Utama yang terdiri dari perumahan warga Pademangan dengan Jalan RE. Martadinata. Tak ada palang otomatis yang terlihat di perlintasan kereta tersebut.
Di perlintasan kereta tersebut, bukan hanya tak ada palang otomatis, tetapi juga tak ada rambu dan sirine.
Perlintasan tanpa palang pintu dapat menyebabkan kecelakaan. Bahkan, perilaku masyarakat yang menerobos pintu palang juga beresiko bagi pengguna jalan itu sendiri.
Baca juga: Begini Penampakan Stasiun Ancol yang Kembali Dibuka
Pantuan Kompas.com pada Rabu (04/12/2019) siang, kondisi pelintasan tampak padat di kedua jalur.
Mulai dari kendaraan bermotor, pejalan kaki, truk, gerobak, hingga bajaj melintas di perlintasan tersebut.
Ketika kereta hendak melintas ke Stasiun Ancol, petugas Penjaga Jalan Lintasan (PJL) pos11D Stasiun Ancol hanya bermodalkan bendera berwarna merah, petugas PJL dengan siaga menghentikan pengendara kendaraan bermotor agar tak melintas.
Tujuannya agar demi menjaga keamanan mereka agar tak terjadi hal yang tidak diingingkan.
Dalam menjaga perlintasan kereta di Stasiun Ancol, dikerahkan 4 petugas PJL yang terdiri dari 3 shift. Shift kerja di sana terdiri dari pukul 06.00-14.00, pukul 14.00-20.00, dan pukul 20.00 - 06.00.
Baca juga: Stasiun Ancol Masih Sepi Penumpang
Sulaiman, seorang petugas PJL berujar bahwa dalam menjaga perlintasan kereta Stasiun Ancol ini, harus ekstra hati-hati karena dalam menjaga perlintasan kereta, ia melakukannya secara manual tanpa palang otomatis.
"Kalau ada info kereta lewat, PJL harus sudah standby 10 menit sebelum kereta melintas. Hal itu supaya dapat menghentikan kendaraan yang mau nyebrang agar tak terjadi hal yang tak diinginkan," ujarnya.
Dalam menjaga perlintasan kereta tanpa palang ini, Sulaiman dibantu oleh PJD (Penjaga Jalur Dalam). Hal ini karena ada dua rel kereta yang melewati stasiun itu, sehingga Sulaiman meminta bantuan PJD untuk menjaga jalur lainnya.
"Ketika ada kereta yang lewat, saya dibantu seorang PJD untuk ngawasin perlintasan kereta. Kan ada 2 rel yang lewat sini. Saya biasanya awasin dari arah Jalan Budi Mulia Utama, sedangkan PJD dari arah Jalan RE. Martadinata. Tergantung kereta yang akan hendak melintas dari arah mana," tambah dia.
Dalam mengawasi perlintasan kereta tanpa palang ini, Sulaiman mengaku harus siap standby 10 menit sebelum kereta jalan. Hal ini karena Sulaiman hanya bermodalkan handy talky untuk mendapat informasi dari pos PJL sebelumnya, yaitu pos PJL 11 C.
"Saya ini harus was-was jaga di sini. Soalnya semua serba manual, cuma pakai bendera doang buat menghentikan pengendara ketika ada kereta yang hendak melintas. Apalagi tak ada sirine dan rambu, resikonya (terjadi kecelakaan) besar," ujarnya.