Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemprov DKI Klaim Tak Tahu Soal Pembelian Lahan di Pondok Ranggon, DPRD: Itu Berdasarkan Kepgub

Kompas.com - 19/03/2021, 11:00 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengaku tidak mengetahui soal pembelian lahan seluas 70 hektare di Munjul, Pondok Ranggon, Jakarta Timur, oleh PD Pembangunan Sarana Jaya.

"Nanti kami akan cek sendiri berapa tahun itu mencapai 70 hektare, apakah dua tahun, tiga tahun, atau apakah empat tahun ke belakang. Kami akan cek dimana dan sebagainya," ujar Riza di Jakarta, Kamis (18/3/2021).

Pemprov DKI tak transparan gunakan anggaran

Pembelian lahan tersebut disoroti oleh Fraksi Partai Solidaritas (PSI) DPRD DKI saat Komisi B DPRD DKI menggelar pertemuan dengan PD Pembangunan Sarana Jaya, seperti dilansir Antaranews.com.

Fraksi PSI menyebut Pemprov DKI tidak transparan soal pengadaan lahan, dan cenderung menutu-nutupi anggaran yang dikeluarkan untuk pengadaan lahan.

Baca juga: Saksi: Tanah di Pondok Ranggon Belum Dilunasi, tapi Dijual ke Perumda Sarana Jaya

"Selama ini terdapat banyak kejanggalan proses perencanaan dan pembahasan anggaran. Misalnya, data tidak dibuka ke publik, data diberi H-1 atau bahkan di hari rapat sehingga tidak sempat dipelajari. Kemudian muncul anggaran ratusan miliar bahkan triliunan secara tiba-tiba," ujar anggota DPRD Fraksi PSI Eneng Malianasari.

Direktur Utama PD Pembangunan Sarana Jaya Yoory C Pinontoan sebelumnya ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka dalam kasus korupsi pengadaan lahan di Pondok Ranggon.

Lahan tersebut diduga untuk peruntukan program andalan Gubernur Anies Baswedan, yakni rumah DP 0 rupiah.

Pihak PD Pembangunan Sarana Jaya tadinya diundang ke Komisi B DPRD DKI pada Senin lalu untuk menjelaskan soal pengadaan lahan di Pondok Ranggon tersebut, termasuk soal peruntukannya.

Namun, pertemuan itu akhirnya ditunda lantaran pihak Sarana Jaya tidak bisa menjelaskan pertuntukan dan keberadaan yang jelas dari lahan tersebut.

Baca juga: Dari Pondok Ranggon hingga Sumber Waras, Berikut Ragam Kontroversi Pengadaan Lahan yang Membelit Pemprov DKI

Mereka diberi waktu dua pekan untuk mencari data terkait lahan seluas 70 hektare itu.

"Ada kesan bahwa Gubernur Anies sengaja melakukan pembiaran terhadap masalah-masalah tersebut dan menutup-nutupi anggaran dari pengawasan publik," ujar Eneng.

Ia mengatakan bahwa kasus 'mafia tanah' seperti di Sarana Jaya bisa dihindari apabila ada sistem pengadaan tanah yang transparan. Jual-beli tanah selayaknya dilakukan terbuka agar tidak ada celah main mata, imbuhnya.

Pembelian lahan berdasarkan Kepgub

Secara terpisah Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi menyebutkan bahwa penciran dana bagi pembelian lahan di Pondok Ranggon berdasarkan Keputusan Gubernur (Kepgub) Anies Baswedan.

Dalam Kepgub Nomor 1684 Tahun 2019 tentang Pencairan Pernyataan Modal Daerah Pada Perusahaan Daerah Pembangunan Sarana Jaya Tahun Anggaran 2019, dijelaskan DKI memutuskan pencairan dana sebesar Rp 800 miliar.

"Uang Rp 800 miliar itu kemudian digunakan untuk membeli lahan yang akan digunakan dalam Program Rumah DP Rp 0," ujar Prasetio, Kamis.

Baca juga: Kondisi Lahan di Pondok Ranggon untuk Proyek Rumah DP Rp 0 yang Diusut KPK

Disebutkan dalam Kepgub tersebut bahwa Direksi Sarana Jaya harus menyampaikan laporan penyerapan penggunaan dana tersebut secara periodik setiap tiga bulan kepada gubernur Anies Baswedan.

"Jadi sudah seharusnya Gubernur Anies Baswedan mengetahui persoalan ini," ujarnya, seperti dilansir Antaranews.com.

Lebih lanjut, Prasetio meminta Sarana Jaya "buka-bukaan" tentang pembelian lahan untuk program rumah DP Rp 0 itu sebab dari 70 hektare lahan yang sudah dibeli, tidak semuanya dikuasi.

Ia menambahkan bahwa sejak 2019, sebanyak Rp 3,3, triliun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI sudah digelontorkan untuk Sarana Jaya. Sejauh ini paling banyak digunakan untuk pembelian lahan. (Antaranews.com/ Ricky Prayoga)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com