Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/03/2021, 15:36 WIB
Ihsanuddin,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Tanggal 23 Maret 2021 menandai satu tahun berdirinya Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.

Setahun lalu rumah sakit darurat itu diresmikan, tak lama setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Tanah Air.

Dalam peresmian itu, Presiden Jokowi sempat mengungkapkan harapan agar RSD Covid-19 ini tidak perlu digunakan. Sebab, RSD Wisma Atlet ini hanya cadangan jika RS rujukan Covid-19 penuh.

Baca juga: Update 24 Maret: RS Wisma Atlet Kini Rawat 2.230 Pasien Covid-19

Kepala negara berharap kasus Covid-19 masih bisa ditekan sehingga RS rujukan masih mampu menangani pandemi.

"Saya berharap RS Darurat Corona ini tidak digunakan. Artinya, rumah sakit yang kami siapkan dari jauh-jauh hari sebelumnya bisa laksanakan penanganan virus corona ini," kata Jokowi.

Meski demikian, harapan Jokowi tak terwujud. Sejak hari peresmian itu, kasus Covid-19 di Indonesia, termasuk di ibu kota dan sekitarnya terus bertambah.

Rumah sakit rujukan Covid-19 kewalahan dan akhirnya para pasien pun dialihkan ke RSD Covid-19 Wisma Atlet. Bahkan RSD Wisma Atlet juga sempat hampir penuh ketika kasus Covid-19 di tanah air melonjak.

Baca juga: Jokowi: RS Darurat Wisma Atlet Masih Kosong...

Lonjakan kasus Covid-19

Pada saat diresmikan, hanya dua tower di Wisma Atlet yang beroperasi untuk penanganan pasien, yakni tower 6 dan 7. Kedua tower itu memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 3.116 unit.

Sementara tower 1 dan 3 difungsikan untuk tempat tinggal dokter, petugas medis dan relawan Satgas Covid-19.

Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah pasien yang masuk ke RS Wisma Atlet terus bertambah. Akhirnya, tower 4 dan 5 di RS Wisma Atlet juga turut dibuka untuk menampung pasien.

Baca juga: Tenaga Kesehatan yang Bertugas di RS Wisma Atlet Dipastikan Siap Hadapi Lonjakan Kasus

Alhasil, ada empat tower yang digunakan untuk pasien Covid-19 dengan total kapasitas bed mencapai 5.994.

Seluruh tempat tidur itu difokuskan untuk menangani pasien bergejala. Sementara pasien tak bergejala yang melakukan isolasi mandiri dialihkan ke RS Wisma Atlet Pademangan.

Meski begitu, kasus Covid-19 yang terus bertambah tetap membuat RS Wisma Atlet kewalahan menangani pasien.

Pasien cendrung bertambah tiap kali adanya liburan panjang. Catatan kompas.com, lonjakan tertinggi terjadi pada 18 Januari, sekitar dua pekan setelah libur panjang natal dan akhir tahun.

Saat itu, pasien Covid-19 yang dirawat di RS Wisma Atlet mencapai 4.959 orang. Keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio di RS Wisma Atlet mencapai 82,7 persen. Angka jauh lebih tinggi dari batas aman Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 60 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Megapolitan
Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Megapolitan
Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Megapolitan
Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: 'Don't Worry'

Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: "Don't Worry"

Megapolitan
DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

Megapolitan
Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Megapolitan
Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Megapolitan
Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Megapolitan
Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Megapolitan
Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Megapolitan
DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Megapolitan
Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Megapolitan
Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com