JAKARTA, KOMPAS.com - Tanggal 23 Maret 2021 menandai satu tahun berdirinya Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.
Setahun lalu rumah sakit darurat itu diresmikan, tak lama setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Tanah Air.
Dalam peresmian itu, Presiden Jokowi sempat mengungkapkan harapan agar RSD Covid-19 ini tidak perlu digunakan. Sebab, RSD Wisma Atlet ini hanya cadangan jika RS rujukan Covid-19 penuh.
Baca juga: Update 24 Maret: RS Wisma Atlet Kini Rawat 2.230 Pasien Covid-19
Kepala negara berharap kasus Covid-19 masih bisa ditekan sehingga RS rujukan masih mampu menangani pandemi.
"Saya berharap RS Darurat Corona ini tidak digunakan. Artinya, rumah sakit yang kami siapkan dari jauh-jauh hari sebelumnya bisa laksanakan penanganan virus corona ini," kata Jokowi.
Meski demikian, harapan Jokowi tak terwujud. Sejak hari peresmian itu, kasus Covid-19 di Indonesia, termasuk di ibu kota dan sekitarnya terus bertambah.
Rumah sakit rujukan Covid-19 kewalahan dan akhirnya para pasien pun dialihkan ke RSD Covid-19 Wisma Atlet. Bahkan RSD Wisma Atlet juga sempat hampir penuh ketika kasus Covid-19 di tanah air melonjak.
Baca juga: Jokowi: RS Darurat Wisma Atlet Masih Kosong...
Pada saat diresmikan, hanya dua tower di Wisma Atlet yang beroperasi untuk penanganan pasien, yakni tower 6 dan 7. Kedua tower itu memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 3.116 unit.
Sementara tower 1 dan 3 difungsikan untuk tempat tinggal dokter, petugas medis dan relawan Satgas Covid-19.
Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah pasien yang masuk ke RS Wisma Atlet terus bertambah. Akhirnya, tower 4 dan 5 di RS Wisma Atlet juga turut dibuka untuk menampung pasien.
Baca juga: Tenaga Kesehatan yang Bertugas di RS Wisma Atlet Dipastikan Siap Hadapi Lonjakan Kasus
Alhasil, ada empat tower yang digunakan untuk pasien Covid-19 dengan total kapasitas bed mencapai 5.994.
Seluruh tempat tidur itu difokuskan untuk menangani pasien bergejala. Sementara pasien tak bergejala yang melakukan isolasi mandiri dialihkan ke RS Wisma Atlet Pademangan.
Meski begitu, kasus Covid-19 yang terus bertambah tetap membuat RS Wisma Atlet kewalahan menangani pasien.
Pasien cendrung bertambah tiap kali adanya liburan panjang. Catatan kompas.com, lonjakan tertinggi terjadi pada 18 Januari, sekitar dua pekan setelah libur panjang natal dan akhir tahun.
Saat itu, pasien Covid-19 yang dirawat di RS Wisma Atlet mencapai 4.959 orang. Keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio di RS Wisma Atlet mencapai 82,7 persen. Angka jauh lebih tinggi dari batas aman Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 60 persen.
Bahkan tak sedikit dari pasien yang dirawat itu mengalami gejala berat. RS Wisma Atlet sebenarnya hanya diperuntukkan untuk pasien gejala ringan dan sedang karena tak memiliki fasilitas selengkap RS sungguhan.
Namun, RS Wisma Atlet saat itu tak begitu saja dapat merujuk pasien yang mengalami gejala berat. Sebab, RS rujukan Covid-19 di Jakarta juga sedang penuh pasien.
"Ini yang tidak mudah (merujuk pasien gejala berat). Karena kami pahami di ICU RS rujukan juga sangat-sangat sulit akhir-akhir ini," kata Koordinator Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Mayor Jenderal TNI dokter Tugas Ratmono, pada 26 Januari lalu.
Alhasil, petugas kesehatan di Wisma Atlet pun harus memanfaatkan fasilitas terbatas untuk menangani lonjakan pasien.
Seorang dokter di RS Wisma Atlet, dr Nadhira Anindita Ralena, sempat menceritakan perjuangan dirinya dan para tenaga medis dalam menghadapi lonjakan pasien Covid-19.
Dokter yang akrab disapa Dita itu membeberkan, pasien Covid-19 di Wisma Atlet mengalami lonjakan drastis pada periode awal hingga pertengahan Januari, tak lama setelah libur natal dan tahun baru.
"Shift jaga siang di bangsal terasa luar biasa melelahkan. Pasien dengan desaturasi di bangsal semakin parah, namun ruang perawatan intensif penuh, dipenuhi dengan pasien-pasien dengan keadaan yang lebih buruk," kata dia.
Baca juga: Ini Cara Tenaga Kesehatan di RSD Wisma Atlet Atur Stamina agar Tetap Fit...
Di sisi lain, Wisma Atlet sebagai RS Darurat Covid-19 tak memiliki fasilitas yang lengkap. Bangsal di RS Wisma Atlet tidak memiliki oksigen dinding.
Hal itu membuat tenaga kesehatan harus setiap kali memastikan adanya stok oksigen tabung.
"Tetapi dengan keadaan pasien desaturasi parah yang memerlukan oksigen 15 liter per menit, dalam 1 shift jaga bangsal, kami dapat menghabiskan kira-kira 4 oksigen tabung untuk 1 pasien," ujar Dita.
Ia menyebut, sebelum tahun baru, tower 6 dan 7 Wisma Atlet menampung sekitar 1000 pasien Covid-19. Lepas tahun baru, 2500 pasien hampir terlampaui.
"Sejawat saya mulai kelelahan, bahkan banyak yang jatuh sakit. Jumlah pasien terus meningkat dengan jumlah tenaga kesehatan yang malah berkurang. Kami benar-benar jungkir balik dua minggu itu," katanya.
Dita mengaku sempat berbincang dengan salah satu pasien, sambil menanyakan keluhan dan riwayat penyakit. Seorang pasien mengakui ia bersama rekan-rekan sekantornya baru saja pulang dari liburan. Mereka menikmati liburan ke Labuan Bajo dengan percaya diri karena hasil swab test negatif.
"Alhasil menikmati liburan dengan euforia dan lupa tidak berarti jika hasil swab test negatif akan negatif selamanya. Liburan akhirnya berakhir di Wisma Atlet dan menambah beban kami para tenaga medis yang sudah jungkir balik," kata Dita.
Untungnya, jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RS Wisma Atlet Kemayoran mulai melandai pada bulan Maret ini. Kini, jumlah tempat tidur yang tersedia di RSD Wisma Atlet lebih banyak dibandingkan jumlah pasien yang dirawat.
Berdasarkan data per Selasa (23/3/2021) kemarin, atau tepat setahun setelah RS Wisma Atlet diresmikan, masih ada 2.296 orang yang menjalani perawatan di keempat tower. Tingkat okupansi atau keterisian di RS Wisma Atlet hanya 38,3 persen.
Baca juga: Update 22 Maret: Pasien Covid-19 Terus Berkurang, RS Wisma Atlet Kini Rawat 2.414 Orang
Jumlah itu jauh menurun dibandingkan jumlah pasien pada tanggal 1 Maret lalu. Saat itu, tingkat keterisian RS Wisma Atlet masih berada di angka 79,5 persen karena masih ada 4.768 pasien yang menjalani perawatan.
Humas RSDC Wisma Atlet Letnan Kolonel Laut dokter gigi M Arifin mengatakan, terus turunnya tingkat hunian Wisma Atlet kemungkinan berhubungan dengan makin efektifnya program penanganan pandemi oleh pemerintah. Salah satunya, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro yang saat ini masih berlangsung.
Pemerintah juga menekan mobilitas warga saat libur panjang. Saat ada libur panjang Imlek Februari lalu, pemerintah melarang aparatur sipil negara bepergian ke luar daerah sepanjang Kamis-Minggu (12-14/2). Waktu ada libur Isra Miraj Nabi Muhammad hari Kamis (11/3/2021), pemerintah membatalkan cuti bersama pada Jumat (12/3/2021) bagi ASN.
Namun, sepinya RSDC Wisma Atlet saat ini tidak boleh membuat masyarakat lengah, apalagi menyepelekan.
”Ah, Wisma Atlet masih banyak tempat tidurnya, lalu cuek-cuek saja. Jangan seperti itu,” ujar Arifin seperti dikutip dari Kompas.id.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.