Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Monumen Perjuangan Senen, Simbol Pertempuran Pejuang Indonesia yang Sempat Lumutan Tak Terawat

Kompas.com - 17/08/2021, 07:31 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Monumen bersejarah berdiri di kompleks Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat.

Saat pengguna kereta api (KA) atau masyarakat memasuki kawasan Plaza Stasiun Pasar Senen, monumen itu akan terlihat jelas. Namanya Monumen Tekad Merdeka atau Perjuangan Senen yang berdiri di sentral plaza stasiun itu.

Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta pada 2000 mencatat, Monumen Perjuangan Senen termasuk salah satu dari 21 monumen dan patung besar penting di Jakarta.

Monumen bergaya realis ini termasuk karya seni berlatar belakang sejarah di Ibu Kota, sama halnya dengan Monumen Nasional, Monumen Perjuangan Jatinegara ataupun Monumen Pembebasan Irian Barat.

Baca juga: Mengingat Gelora Rapat Ikada Lewat Patung di Monas

Monumen Perjuangan Senen diresmikan oleh Wali Kota Jakarta Pusat A Munir pada 2 Mei 1981. Pematungnya Sadiman, Suhartono, dan Haryang Iskandar yang dibantu pelukis Suyono Palal.

Kawasan Senen dan sekitarnya pernah menjadi tempat peristiwa pertempuran pejuang Indonesia selama masa revolusi kemerdekaan, terutama setelah kapal-kapal perang sekuti mendarat di teluk Jakarta pada 29 September 1945.

Beberapa peristiwa itu di antaranya penyerangan rumah Mr. Roem di Jalan Kwitang, pertempuran di depan Hotel Taytung yang kemudian berlanjut di sekitar Bungur dan Tanah Tinggi.

Tak lupa pertempuran besar di Senen pada 13 Oktober 1945 yang mengakibatkan banyak pejuang Indonesia tertangkap dan pertempuran di Jalan Kramat Raya pada bulan yang sama.

Guna memvisualisasi rangkaian peristiwa itu semua, dibangunlah Monumen Perjuangan Senen.

Baca juga: Mengenal Makna dan Keunikan 5 Patung di Area Monas

Arti lambang dalam monumen

Laman Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI menyebutkan, Monumen Perjuangan Senen menggambarkan perjuangan masa revolusi fisik yang mendapatkan dukungan dari segenap unsur masyarakat, entah itu rakyat, pemuda serta anak-anak.

Untuk melambangkan itu, dipatungkan dalam bentuk beberapa orang atau unsur, mengelilingi arah mata angin.

Unsur pertama, seorang pemuda berpeci, tangan kanan memegang pistol dan tangan kiri memapah seorang pemuda yang luka terkena tembakan serta membawa bambu runcing dan golok.

Unsur kedua, seorang pemuda bertopi baret dengan selendang melilit di leher, berdiri tegak sambil memegang pedang. Di bawah patung ini terdapat tulisan,"Jajaran generasi 45. Mempunyai kedudukan. Tersendiri dalam jalannya. Sejarah bangsa karena selalu mendukung idejuga mencetuskan proklamasi."

Baca juga: Soeharto dan Falsafah Mahabarata di Patung Arjuna Wijaya Jakarta Pusat

Unsur ketiga adalah pemuda berikat kepala memegang bedil dan di pinggangnya melilit serangkaian peluru. Di bawah patung ini terdapat tulisan,"Tuhan jika aku gugur dan kau takdirkan aku hidup kembali sekali lagi, aku akan korbankan jiwaku untuk nusa dan bangsa."

Kemudian unsur keempat atau terakhir, seorang gadis berkepang dua dengan tas tergantung di pundaknya, menuntun seorang anak laki-laki dengan kaki telanjang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Megapolitan
Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada 'Study Tour' ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

Megapolitan
Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Megapolitan
Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Megapolitan
Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Megapolitan
Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Megapolitan
Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar 'Video Call' Bareng Aipda Ambarita

Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar "Video Call" Bareng Aipda Ambarita

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com