JAKARTA, KOMPAS.com - Selama 53 tahun hidup di wilayah Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, memaksa Dadang (69) untuk menjadi manusia yang selalu waspada.
Pasalnya, Dadang menyadari bahwa lingkungan rumah tinggalnya merupakan daerah yang rawan kebakaran.
Sudin Gulkarmat Jakarta Barat bahkan mencatatkan, Tambora pernah menjadi wilayah dengan kasus kebakaran paling banyak di Jakarta Barat selama puluhan tahun. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Salah satunya, tata permukiman warga yang padat.
Namun, sejak lima tahun terakhir, posisi pertama wilayah paling rawan kebakaran itu telah bergeser. Tambora kini sudah jauh lebih aman dan keluar dari lima wilayah terawan.
Baca juga: Cerita Kakek Selamat dari Kebakaran Tambora: Dengar Suara Kobaran Api dalam Lelap
Sementara itu, Dadang mengaku, kerawanan kebakaran membuat ia ingin pindah ke tempat yang lebih aman. Terlebih sejak menjadi korban kebakaran tahun lalu.
"Tinggal di daerah rawan kebakaran, jujur batin saya meronta-ronta. Inginnya ke luar dari sini," curhat Dadang dalam sebuah obrolan ringan di warung kopi Jembatan Besi.
Meski demikian, hingga kini ia belum bisa pindah dari rumah di Jalan Jembatan Besi I tersebut. Ia pun merasa heran mengapa ia belum juga pindah meski bahaya kebakaran terus menghantui warga di sana.
"Saya juga enggak tahu sih kenapa saya enggak pergi-pergi dari sini. Ini enggak tahu di Jembatan Besi ada apanya. Kok bisa bertahan. Padahal di sini rawan," kata Dadang sambil tersenyum.
Baca juga: Pelanggaran Karantina Rachel Vennya, Kabur Setelah Bayar Rp 40 Juta
Lebih lanjut, sebagai salah satu Ketua RT di sana, ia terkadang suka miris dengan sikap sejumlah warga yang kurang waspada terhadap bahaya api.
Dadang bercerita, lantaran hal itu, ia kerap melatih kewaspadaan warga dengan sejumlah trik. Salah satunya, menyebarkan bau asap.
"Mereka itu suka terlena, memang ada yang waspada, tapi banyak yang kurang peduli. Kadang, saya sengaja bakar plastik sampah sedikit, yang penting cukup untuk timbulkan bau asap. Bakarannya juga saya awasi biarpun sedikit," kata Dadang.
Kegiatan ini sengaja ia lakukan, tujuannya, agar warga yang mencium bau asap menjadi siaga dan memantau lingkungan sekitar.
"Nanti bau asap masuk ke dalam gang, dan tercium warga. Lalu kan mereka keliling mencari asal sumber asap. Tujuannya, supaya warga itu jangan terlena. Supaya selalu waspada sama kebakaran, karena di sini sangat rawan," kenang Dadang.
Baca juga: Kala Sindiran Jokowi Bikin Polisi Langsung Bongkar Atribut hingga Gardu Ormas...
Selama tinggal di sana, setidaknya dia sudah menyaksikan tiga kebakaran besar yang melahap puluhan rumah di sekitar rumahnya.
Bahkan, pada kebakaran terakhir, ia harus mengikhlaskan rumah beserta barang-barang miliknya yang turut ludes ditelan api.