Salin Artikel

Kisah dari "Kampung Api" Tambora di Jakbar, Hidup di Tengah Ancaman Kebakaran

Pasalnya, Dadang menyadari bahwa lingkungan rumah tinggalnya merupakan daerah yang rawan kebakaran.

Sudin Gulkarmat Jakarta Barat bahkan mencatatkan, Tambora pernah menjadi wilayah dengan kasus kebakaran paling banyak di Jakarta Barat selama puluhan tahun. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Salah satunya, tata permukiman warga yang padat.

Namun, sejak lima tahun terakhir, posisi pertama wilayah paling rawan kebakaran itu telah bergeser. Tambora kini sudah jauh lebih aman dan keluar dari lima wilayah terawan.

Sementara itu, Dadang mengaku, kerawanan kebakaran membuat ia ingin pindah ke tempat yang lebih aman. Terlebih sejak menjadi korban kebakaran tahun lalu.

"Tinggal di daerah rawan kebakaran, jujur batin saya meronta-ronta. Inginnya ke luar dari sini," curhat Dadang dalam sebuah obrolan ringan di warung kopi Jembatan Besi.

Meski demikian, hingga kini ia belum bisa pindah dari rumah di Jalan Jembatan Besi I tersebut. Ia pun merasa heran mengapa ia belum juga pindah meski bahaya kebakaran terus menghantui warga di sana.

"Saya juga enggak tahu sih kenapa saya enggak pergi-pergi dari sini. Ini enggak tahu di Jembatan Besi ada apanya. Kok bisa bertahan. Padahal di sini rawan," kata Dadang sambil tersenyum.

Lebih lanjut, sebagai salah satu Ketua RT di sana, ia terkadang suka miris dengan sikap sejumlah warga yang kurang waspada terhadap bahaya api.

Dadang bercerita, lantaran hal itu, ia kerap melatih kewaspadaan warga dengan sejumlah trik. Salah satunya, menyebarkan bau asap.

"Mereka itu suka terlena, memang ada yang waspada, tapi banyak yang kurang peduli. Kadang, saya sengaja bakar plastik sampah sedikit, yang penting cukup untuk timbulkan bau asap. Bakarannya juga saya awasi biarpun sedikit," kata Dadang.

Kegiatan ini sengaja ia lakukan, tujuannya, agar warga yang mencium bau asap menjadi siaga dan memantau lingkungan sekitar.

"Nanti bau asap masuk ke dalam gang, dan tercium warga. Lalu kan mereka keliling mencari asal sumber asap. Tujuannya, supaya warga itu jangan terlena. Supaya selalu waspada sama kebakaran, karena di sini sangat rawan," kenang Dadang.

 

Kenang rumah ludes dilahap api

Selama tinggal di sana, setidaknya dia sudah menyaksikan tiga kebakaran besar yang melahap puluhan rumah di sekitar rumahnya.

Bahkan, pada kebakaran terakhir, ia harus mengikhlaskan rumah beserta barang-barang miliknya yang turut ludes ditelan api.

"Di sekitar sini, saya sudah lihat tiga kali kebakaran besar. Setidaknya 10 tahun sekali, ada kebakaran," ungkap Dadang.

Ia mengenang, kebakaran melahap rumahnya pada 19 Mei 2020 pagi, tepat selepas waktu imsak di bulan ramadhan.

Saat itu, seratusan rumah di dalam gang belakang rumahnya, menyala dalam kobaran api. Warga terlihat sibuk mencari air dan menyelamatkan barang di antara gang-gang sempit.

Terdengar suara gaduh warga berteriak mencari anggota keluarganya, diiringi tangis yang nyaring terdengar terbawa angin. Beradu nyaring dengan suara sirine mobil pemadam kebakaran di jalan, terparkir jauh tak bisa masuk gang.

Dadang mengingat, saat api mulai menjilati rumah tiga lantai miliknya, ia hanya bisa terdiam melihat rumahnya runtuh. Tak ada rencana untuk menyelamatkan barang-barang dari dalam rumah.

"Saat itu saya enggak panik, meski semua terbakar habis. Karena saya sudah pasrah aja. Barang-barang saya biarin. Saat itu saya sadar, bahwa semuanya milik Allah. Itu Allah punya kehendak," ungkap Dadang.

Ia mengaku ikhlas. Dadang sudah sangat bersyukur bahwa belasan anak, menantu, dan cucunya selamat tanpa luka sedikit pun dalam peristiwa nahas itu.

Lebih jauh, ia berharap masyarakat yang tinggal di dawrah rawan kebakaran khususnya Tambora, untuk selalu waspada dalam menghadapi tanda-tanda kebakaran. 

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/12/11/12341431/kisah-dari-kampung-api-tambora-di-jakbar-hidup-di-tengah-ancaman

Terkini Lainnya

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Megapolitan
Ribuan Polisi Amankan Aksi May Day, Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Ribuan Polisi Amankan Aksi May Day, Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Megapolitan
Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Megapolitan
Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang, Lalin Sempat Tersendat

Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang, Lalin Sempat Tersendat

Megapolitan
Jalanan Mulai Ditutup, Ini Rekayasa Lalu Lintas di Jakarta Saat Ada Aksi 'May Day'

Jalanan Mulai Ditutup, Ini Rekayasa Lalu Lintas di Jakarta Saat Ada Aksi "May Day"

Megapolitan
Massa Aksi 'May Day' Mulai Berkumpul di Depan Patung Kuda

Massa Aksi "May Day" Mulai Berkumpul di Depan Patung Kuda

Megapolitan
Rayakan 'May Day', Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Rayakan "May Day", Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Megapolitan
Pakar Ungkap 'Suicide Rate' Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Pakar Ungkap "Suicide Rate" Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Megapolitan
Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi 'May Day'

Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi "May Day"

Megapolitan
3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

Megapolitan
Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

Megapolitan
Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDI-P

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke