Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rayakan HUT ke-29, Ini Sejarah Kota Tangerang...

Kompas.com - 28/02/2022, 12:48 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ini, Senin (28/2/2022), Kota Tangerang genap berusia 29 tahun. Tangerang yang terletak di Provinsi Banten merupakan salah satu daerah penyangga ibu kota karena berbatasan langsung dengan Jakarta.

Keberadaan Kota Tangerang tak lepas dari sejarah Kesultanan Banten sebab dulunya kota ini merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kesultanan Banten.

Baca juga: HUT ke-29 Kota Tangerang, Pemkot Musnahkan 4.837 Botol Minuman Keras

Dikutip dari situs resmi Pemkot Tangerang, sekitar tahun 1500-an, Kesultanan Banten menunjuk tiga pimpinan yang merupakan kerabat jauh Sultan Banten dari Kerjaaan Sumedang Larang. Mereka adalah Yudhanegara, Wangsakara, dan Santika.

Ketiganya bertugas untuk membantu perekonomian Kesultanan Banten dengan melakukan perlawanan terhadap VOC yang melanggengkan praktik monopoli dagangnya.

Ketiga pimpinan tersebut kemudian membangun benteng di bantaran Sungai Cisadane. Wilayah sekitaran benteng tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Kota Benteng.

Nama Tangerang kemudian muncul dari sebutan masyarakat sekitar terhadap bangunan tugu dengan tinggi kira-kira 2,5 meter yang didirikan Pangeran Soegiri, putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten. Tugu itu didirikan sekitar tahun 1654.

Letaknya kira-kira 500 meter di tepi barat bantaran sungai Cisadane tepatnya di Gardu Gede yang kini dikenal dengan nama Kampung Gerendeng.

Fungsi tugu tersebut sebagai pembatas atau penanda wilayah kekuasaan Kesultanan Banten di sebelah barat Sungai Cisadane dengan wilayah yang dikuasi VOC di sebelah timur.

Atas dasar fungsinya tersebut, masyarakat menyebut tugu dan daerah itu dengan sebutan "Tetengger" atau "Tanggeran" yang berarti penanda. 

Baca juga: Polemik Awal Tahun Kota Tangerang, Banjir 4 Meter di Periuk dan One Way Jalan Daan Mogot

Tak lama setelah itu, terjadi penandatanganan perjanjian antara VOC dengan Kesultanan Banten yang diwakili oleh Sultan Haji atau Sultan Abunnashri Abdulkahar. Belanda kemudian sepenuhnya menguasai wilayah Tanggeran.

Dalam penguasaannya, tentara Belanda juga merekrut warga pribumi di antaranya berasal dari Madura dan Makassar. Mereka ditempatkan di sekitar wilayah benteng.

Tentara VOC yang berasal dari Makassar tidak mengenal huruf mati, dan terbiasa menyebut Tangeran dengan Tangerang. Ejaan dan dialek inilah yang diwariskan dari generasi ke generasi hingga saat ini.

Mulanya, Tangerang merupakan wilayah yang berstatus kabupaten. Seiring berjalannya waktu, daerah Tangerang mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Letaknya yang berbatasan langsung dengan ibu kota menjadikan beberapa kecamatan yang berbatasan langsung dengan Jakarta menjelma sebagai pusat segala kegiatan khususnya ekonomi dan perdagangan.

Pada 28 Februari 1981 akhirnya disahkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1981 tentang Pembentukan Kota Administratif Tangerang dengan wali kota pertamanya yakni Karso Permana.

Pada 1993, status Tangerang kemudian berubah menjadi kotamadya seperti saat ini dengan wali kota pertamanya yakni Djakaria Machmud.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dianggap Menganggu Warga, Restoran di Kebon Jeruk Ditutup Paksa Pemilik Lahan

Dianggap Menganggu Warga, Restoran di Kebon Jeruk Ditutup Paksa Pemilik Lahan

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Megapolitan
Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setor ke RW

Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setor ke RW

Megapolitan
Aturan Walkot Depok, Dishub Wajib Rilis Surat Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Aturan Walkot Depok, Dishub Wajib Rilis Surat Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Penyelenggara 'Study Tour' di Depok Diimbau Ajukan Permohonan 'Ramp Check' Kendaraan ke Dishub

Penyelenggara "Study Tour" di Depok Diimbau Ajukan Permohonan "Ramp Check" Kendaraan ke Dishub

Megapolitan
KNKT Telusuri Lisensi Pilot Pesawat Tecnam P2006T yang Jatuh di Tangsel

KNKT Telusuri Lisensi Pilot Pesawat Tecnam P2006T yang Jatuh di Tangsel

Megapolitan
KNKT Sebut Pesawat Jatuh di Tangsel Statusnya Bukan Pesawat Latih, tapi Milik Perseorangan

KNKT Sebut Pesawat Jatuh di Tangsel Statusnya Bukan Pesawat Latih, tapi Milik Perseorangan

Megapolitan
Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Diambil dari RS Polri, Kini Dibawa Keluarga Menuju Rumah Duka

Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Diambil dari RS Polri, Kini Dibawa Keluarga Menuju Rumah Duka

Megapolitan
948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

Megapolitan
Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Megapolitan
Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Megapolitan
Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Megapolitan
Muncul Lagi meski Sudah Ditertibkan, Jukir Liar di Koja: Makan 'Gimana' kalau Dilarang?

Muncul Lagi meski Sudah Ditertibkan, Jukir Liar di Koja: Makan "Gimana" kalau Dilarang?

Megapolitan
Sebelum Hilang Kontak, Pilot Pesawat Jatuh di Tangsel Sempat Hubungi Menara Pengawas

Sebelum Hilang Kontak, Pilot Pesawat Jatuh di Tangsel Sempat Hubungi Menara Pengawas

Megapolitan
KNKT Pastikan Pesawat yang Jatuh di Tangsel Tidak Punya 'Black Box'

KNKT Pastikan Pesawat yang Jatuh di Tangsel Tidak Punya "Black Box"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com