Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Insya Allah, Saya Siap Jadi Guru Mengaji sampai Akhir Hayat..."

Kompas.com - 17/04/2022, 12:08 WIB
Joy Andre,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Sudah sekitar seperempat abad Abdul Munif (55) mengabdi sebagai guru mengaji. Rumahnya di Perumahan Griya Asri I, Kampung Buwek, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, dijadikan tempatnya mengajar.

Aula dengan luas kira-kira 60 meter persegi ditata menjadi tempat belajar mengaji. Ustaz Munif, begitu ia kerap disapa, menyambut Kompas.com dengan penuh kehangatan. Kami berbincang seputar pilihan hidupnya sebagai guru mengaji.

Ketika ditanya soal latar belakang menjadi guru mengaji, Ia menuturkan, tidak ada motivasi lain selain selamat di dunia dan juga di akhirat.

Baca juga: Kisah Ningsih dan Tujuannya Berbagi sebagai Guru Mengaji

"Ketika hanya mengejar dunia saja, akhirat belum tentu bisa ikut, maka di situ saya punya motivasi kuat untuk jadi guru ngaji agar di dunia baik dan di akhirat baik," tutur Munif, saat ditemui Kompas.com, Selasa (12/4/2022).

Selain itu, bagi dirinya, menjadi guru mengaji adalah salah satu jalan untuk menuju keberkahan sekaligus meneruskan ilmu abadi milik Allah SWT. Ia juga berniat menjalani sisa masa hidupnya dengan mengabdi sebagai guru ngaji.

"Yang pertama mengawal ilmunya Allah dan yang kedua meneruskan ajaran Amaliyah Baginda Rasul. Insya Allah, sampai akhir hayat, saya siap mengajar dan menjadi guru ngaji," kata dia.

Pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah, ini telah mengajar mengaji sejak 1996. Sudah banyak suka duka ia rasakan.

Semua hal yang dirasakan, ia lalui dengan hati yang ikhlas dan semuanya itu ia yakini merupakan izin dari Allah SWT.

Selama mengabdikan diri menjadi guru ngaji, Munif mengaku tidak pernah sekalipun meminta imbalan kepada para muridnya.

Bukan tanpa alasan, hal tersebut ia lakukan karena dirinya percaya, dengan segala ilmu agama yang dimiliki dan diberikan kepada orang banyak, maka berapa pun jumlah imbalan yang ia terima, hasilnya akan terasa sama.

"Saya selalu bilang sama diri saya sendiri, saya tanamkan untuk tidak pernah keluar dari mulut saya untuk tidak menagih uang belajar ngaji. Jadi, mau banyak atau sedikit, sama saja bagi saya. Alhamdulillah itu saya jalanin untuk anak-anak belajar ngaji," ungkap Munif.

Baca juga: Tekad Yahya Edward Jadi Guru Mengaji, Ingin Hidup Bermanfaat bagi Orang Lain

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Munif memiliki pekerjaan sampingan sebagai pemilik usaha pengisian air mineral isi ulang.

Usaha tersebut dia mulai ketika dirinya meminjam modal dari bank. Melalui pinjaman tersebut, dia membeli alat isi ulang air mineral dan memulai usahanya sampingannya.

"Karena keterbatasan modal, sedangkan saya ingin punya usaha, sertifikat rumah saya gadai ke bank, pinjaman cair Rp 100 juta. Saya buat mesin pengolahan air, alhamdulillah selama satu tahun lebih, cicilan saya enggak pernah telat," tuturnya.

Meski terbilang memiliki kondisi ekonomi yang cukup, namun hingga kini dirinya tetap menaruh banyak harapan kepada pemerintah.

"Harapan saya untuk pemerintah, semoga guru ngaji lebih diperhatikan. Karena guru ngaji itu kan bukan pegawai negeri sipil (PNS). Meski ada PNS yang merangkap sebagai guru ngaji, tapi guru ngaji itu kan siapa. Itu yang harusnya menjadi skala prioritas pemerintah saat ini," kata Munif, berharap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com