Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Tukang Kuli Angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa, Kecelakaan Kerja Bikin Rahang Sobek

Kompas.com - 14/03/2023, 11:43 WIB
Baharudin Al Farisi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Bekerja sebagai kuli angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa bukan tanpa risiko. Doclo (23) bahkan pernah merasakan bagaimana pahit getirnya profesi ini.

Doclo sehari-hari membanting tulang demi mengangkut muatan berat dari truk ke atas kapal.

Suatu ketika dia terpeleset dari kapal dan tercebur ke laut. Tak hanya itu, sebelum tubuhnya menyentuh permukaan air, rahang Doclo lebih dulu membentur sampan atau perahu kecil.

"Kan sobek (rahangnya), kena sampan. Jatuh dari atas kapal, kena sampan," ucap Doclo saat ditemui Kompas.com di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Senin (13/3/2023).

Baca juga: Kisah Kuli Angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa, Kerja Sepagi Mungkin demi Bayaran Lebih Besar

Akibat kecelakaan kerja tersebut, Doclo langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Rahangnya dijahit.

Kendati demikian dia tidak kapok menjadi kuli angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa.

"Enggak, ini buktinya masih kerja," seloroh Doclo disambut tawa teman-temannya.

Wahyu (20), teman seprofesi Doclo, meledeknya.

"Dia mah memang hobi kecelakaan, Bang," ucap Wahyu.

Baca juga: Kuli Angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa Rugi Besar di Kala Musim Hujan

Karena rawan kecelakaan, Arga (22), yang juga teman Wahyu dan Doclo, memastikan bahwa profesi kuli angkut telah ditunjang asuransi.

"Ada kok (asuransinya). Di sini ada BPJS-nya juga ada. Kami punya kartu pas. Itu kartu anggota buruh," kata Arga.

Arga yang sudah bekerja selama 3,5 tahun sebagai kuli angkut mengaku lebih banyak senang dibandingkan duka dalam menjalani profesi ini.

Satu hal yang membuatnya bertahan sejauh ini adalah solidaritas sesama rekan seprofesi.

"Senangnya, ya kami kebersamaan kayak begini. Beda sama tempat lain. Dulu juga, saya sebelum di sini, saya kerja di PT. Kekompakan juga beda sama yang di sini. Kalau di sini, bukannya ini ya, kalau kita happy-happy, minum-minum bareng," kata Arga.

Baca juga: Kisah Porter Stasiun Pasar Senen, Ada yang Berusia 70 Tahun Masih Bekerja Angkut Barang Penumpang

Purwanto (37) yang baru bekerja selama 6 bulan terakhir menjadi kuli angkut ini juga pernah merasakan duka.

"Dukanya paling kalau enggak ada barang. Kalau misalkan dalam permasalahan, di sini banyak permasalahan, kita kompak. Misalkan ada permasalahan teman, kan ini teman kita semua, jadi kompak. Misalnya digebukin orang, kita samperin," ucapnya sambil tertawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com