Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arena Hukuman Gantung Itu Kini Jadi Tempat Wisata, Museum Sejarah Jakarta

Kompas.com - 25/04/2023, 09:50 WIB
Abdul Haris Maulana

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Museum Sejarah Jakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Museum Fatahillah adalah salah satu museum ikonik yang terkenal di wilayah Jakarta Barat, tepatnya di tengah-tengah kawasan Kota Tua.

Museum yang dulunya merupakan Gedung Balai Kota pada era pemerintahan VOC di Batavia itu sering kali menjadi latar bagi wisatawan untuk berswafoto saat berkunjung ke Kota Tua.

Namun, Museum Sejarah Jakarta menjadi saksi bisu berbagai kisah mengerikan pada masa silam yang tidak banyak orang tahu, salah satunya arena hukuman gantung bagi penjahat.

Dalam buku Indrukken van een Totok, Indische type en schetsen, Justus van Maurik menuliskan sebuah cerita tentang hukuman gantung yang dilihatnya langsung di halaman stadhuis (kini menjadi gedung Museum Sejarah Jakarta).

Baca juga: 4 Aktivitas di Museum Fatahillah, Masuk Penjara Bawah Tanah

"Langit di luar masih gelap ketika saya terbangun oleh bunyi terompet kavaleri yang melewati Molenvliet. Ketika itu pukul 05.30…Saya jadi teringat pada pembicaraan semalam di societeit. Rencananya pukul 07.00 pagi ini seorang China bernama Tjoe Boen Tjiang akan dihukum mati karena beberapa bulan lalu merampok dan membunuh dua wanita,” demikian tulisan yang ada di dalam buku Indrukken van een Totok, Indische type en schetsen.

Van Maurik juga menggambarkan trem uap yang sepagi itu sudah sarat penumpang dari Kramat menuju Balai Kota Batavia demi menonton hukuman gantung.

Van Maurik menulis, ia bimbang saat baboe di mana ia tinggal selama di Batavia mengajaknya bergegas demi melihat hukuman gantung yang belum pernah ia lihat di tanah kelahirannya, Belanda.

Namun, akhirnya ia sampai juga di stadhuisplein, alun-alun balai kota. Di sana sudah banyak orang berkumpul, baik Eropa, Arab, Keling, Tionghoa, sampai pribumi.

Dalam jurnal yang ia tulis saat bertandang ke Batavia di akhir abad 19 itu, van Maurik benar-benar melukiskan semua kejadian yang baru pertama kali ia lihat secara detil.

Baca juga: Lautan Manusia di Kota Tua Jakarta Saat Momen Hari Raya…

Terjemahan bagian ini dimuat dalam Ketoprak Betawi – Intisari berjudul menonton Orang Dihukum Gantung.

Namun dalam buku aslinya, di mana ia menuliskan judul Een Executie pada awal kisah ini, memang tertulis jelas bagaimana van Maurik terkesima, bahkan “dihantui” oleh wajah Tjoe Boen Tjiang alias Impeh, orang yang dihukum gantung.

Van Maurik menuliskan secara rinci bagaimana ia mencari tempat agar bisa melihat proses eksekusi hukuman gantung itu dari dekat dan lebih jelas.

Ia menulis, “ ‘t Is een flinke knappe jonge man met een gunstig uiterlijk,” demikian sebagian dari kalimat yang ia tulis di halaman 179.

Kalimat itu menggambarkan bahwa si Impeh itu ternyata pemuda tampan dan tinggi besar.

Baca juga: 3 Syarat Masuk Museum Fatahillah, Dilarang Foto Pakai Flash

Si Impeh tak terlihat gentar menghadapi maut, ia bahkan sempat mengisap cerutu sebelum naik ke panggung kematian. Pakaiannya serba putih dengan kuncir diikat dengan pita merah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Megapolitan
Dishub DKI Jakarta Janji Tindak Juru Parkir Liar di Minimarket

Dishub DKI Jakarta Janji Tindak Juru Parkir Liar di Minimarket

Megapolitan
Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Megapolitan
Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Megapolitan
Polisi Usut Indentitas Mayat Laki-laki Tanpa Busana di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Polisi Usut Indentitas Mayat Laki-laki Tanpa Busana di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com