SERDANG BEDAGAI, KOMPAS.com - Alunan musik akordeon dan rebana mengiringi tarian enam gadis berbusana merah muda di Dusun III Desa Pantai Cermin Kanan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Rabu (14/6/2023).
Para gadis itu menampilkan tari tradisional asal Sumatera Utara, Tari Serampang Dua Belas, sebagai ucapan selamat datang.
Di tengah-tengah tarian, seorang penari mendekat ke arah penonton. Dia menyodorkan sebuah kotak dengan banyak sekat yang dilapisi kertas emas.
Penonton diperbolehkan memberikan sejumlah uang ke dalam kotak itu. Selain itu, penonton juga dapat mengambil daun sirih di salah satu sekat kotak untuk dikonsumsi.
Baca juga: Kisah Elsa Perjuangkan Kampung Jahit di Padang, Modal Nekat Berbuah Omzet Ratusan Juta Rupiah
Kepala Desa Pantai Cermin Kanan Basaruddin mengatakan, penampilan ini adalah cara warga desa menyambut tamu penting.
“Apabila ada tamu, tamu kan raja. Kami sambut. Sirih itu memang penghormatan dalam menyambut tamu,” ujar Basaruddin saat berbincang dengan Kompas.com.
“Selain tari, ada pencak silat juga. Itu cara kami menyambut,” lanjut dia.
Basaruddin mengatakan, pariwisata menjadi ciri khas kampung ini.
“Jumlah jiwa hampir 4.500-an, sudah termasuk anak-anak. Setiap warga itu punya karakter. Mata pencarian mayoritas nelayan,” jelas Basaruddin.
“Ada (yang menggeluti) sejenis kegiatan Astra, itu perajin. Ada juga penanaman kelapa pandan wangi di Desa Pantai Cermin Kanan. Ada juga ikon Pantai Bali Lestari,” imbuh pria berusia 46 tahun itu.
Baca juga: Semarak Jakarta Fair 2023, Dibuka Jokowi dan Dimeriahkan Pesta Kembang Api
Desa Pantai Cermin Kanan juga kaya dengan kebudayaan, yakni tari dan pencak silat. Dua elemen itu menjadi bagian dari acara adat di desa yang terletak di Kecamatan Pantai Cermin ini.
“Kalau acara adat kan ada sanggar tari dan pencak silat. Kalau budaya, kami (menggelar) kegiatan agama (berupa) wirid massal. Wirid massal itu perkumpulan kaum ibu, pengajian di masjid yang bersifat sosial,” papar Basaruddin.
Warga desa lain diperbolehkan untuk turut serta berpartisipasi dalam wirid massal.
“Kapan saja bisa (dilaksanakan), massal itu artinya ramai. Desa lain pun bisa masuk,” tutur Basaruddin.