Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Udara Jakarta Tak Sehat, Greenpeace Minta Pemerintah Beri Peringatan

Kompas.com - 19/06/2023, 12:37 WIB
Joy Andre,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Kampanye Iklim dan Energi dari Greenpeace, Bondan Andriyanu meminta pemerintah secara resmi mengingatkan warga soal bahaya kualitas udara di Jakarta. 

Sebab, sudah beberapa waktu belakangan ini, kualitas udara Jakarta masuk ketegori tidak sehat. 

Berdasarkan situs IQAir, kualitas udara Jakarta, indeks kualitas udara di Jakarta berada di angka 125 pada Jumat (19/6/2023) pukul 11.09 WIB pagi ini, atau masuk kategori tak sehat bagi kelompok sensitif.

Ada resiko-resiko gangguan kesehatan yang mengintai kelompok sensitif antara lain anak-anak, balita, ibu hamil dan lansia terkait kualitas udara yang belakangan sedang buruk.

"Ketika (kualitas udara) sedang pun, sudah tidak bagus untuk mereka. Artinya, sedang itu bukan sehat. Kelompok sensitif itu perlu diberi peringatan juga ketika sedang," ujar Bondan kepada Kompas.com, Senin (19/6/2023).

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Masih Buruk, Tak Sehat bagi Kelompok Sensitif

Dirinya pun mengatakan, ketika angka udara di Jakarta tidak sehat, sudah seharusnya ada peringatan dari pemerintah untuk masyarakat, agar mereka bisa punya kesempatan melindungi diri dari paparan polusi udara.

Ini yang dinilai juru kampanye Greenpeace tersebut bisa jadi catatan untuk pemerintah.

"Jadi seharusnya, dengan level sedang itu, bukan berarti baik-baik saja," jelas dia.

Baca juga: Kondisi Udara Jakarta Buruk, Dosen UM: Picu Depresi hingga Kanker

Melansir situs IQAir, indeks kualitas udara di Jakarta yang awalnya 105 di pukul 08.00 WIB menjadi 125 di pukul 11.09 WIB.

Sementara untuk polutan utamanya yakni PM 2,5 dan nilai konsentrasi 45.4 µg/m³ (mikrogram per meter kubik).

"Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 9.1 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian keterangan dari situs IQAir.

Angka kualitas udara di Jakarta itu didapat dari 23 kontributor, termasuk dari AirNow, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan juga PurpleAir.

Catatan ini membuat Jakarta berada di peringkat 4 kota besar dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Adapun peringkat pertama diisi oleh Beijing, China yang memiliki indeks kualitas udara 158. Sementara di posisi kedua, ada Kota Karachi di Pakistan dengan indeks kualitas udara 149.


Adapun situs IQAir memberi beberapa saran agar warga terlindung dari kualitas udara yang buruk.

Saran tersebut antara lain, menggunakan memakai masker apabila sedang di luar, menyalakan penyaring udara (air purifier), menutup jendela untuk menghindari udara kotor, dan mengurangi aktivitas di luar ruangan.

Adapun saat ini Kota Jakarta memiliki suhu 32 derajat celcius dengan kondisi cuaca berkabut. Nilai kelembapan udara berada pada angka 80 persen dan hembusan angin 5,5 km/h. Sementara untuk tekanan berada di angka 1.008 mbar (millibar).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Megapolitan
Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Megapolitan
Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Megapolitan
Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Megapolitan
Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com