JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang nelayan di Muara Angke bernama Rano (32) memutuskan merantau dari Indramayu ke Jakarta saat usianya masih 19 tahun.
Keputusan tersebut ia ambil setelah mendapatkan saran dari pamannya dengan tujuan utama adalah Muara Angke.
Beberapa hari usai menerima saran tersebut, dia bertolak menggunakan moda transportasi bus antarprovinsi.
Baca juga: Naik KRL Sambung TransJakarta ke Pelabuhan Muara Angke, Rp 6.500 Saja
"Waktu itu saya langsung ke Muara Angke, memang tujuannya Muara Angke. Cuma waktu itu saya masih ikut nelayan tradisional," ungkap Rano saat ditemui Kompas.com di RT 06/RW 22, Kampung Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara pada Kamis (22/6/2023).
Meski hanya ikut dengan nelayan, Rano mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Usaha budi daya kerang hijau pun dilakoni hingga sekarang.
"Usaha pertama ya langsung kerang hijau, sampai sekarang masih dijalani," ucap Rano.
Meski begitu, terkadang Rano bukan hanya menangkap kerang hijau. Ada juga ikan, udang, dan lain-lain. Katanya, tergantung mana yang menguntungkan.
Khusus untuk kerang hijau, Rano membutuhkan jeriken yang sudah diikat dengan tambang. Wadah tanpa volume tersebut nantinya bakal ditaruh perairan Muara Kamal.
Baca juga: Kehabisan Bus dari Pelabuhan Muara Angke, Naik Becak Motor Saja
"Itu buat ngambangin tambang yang nantinya dihinggapi kerang. Di laut kan kerang nempelnya di tali. Nah ini jeriken buat ngambanginnya jeriken, biar enggak tenggelam," imbuh Rano.
Satu tahun setelah beradaptasi, Rano menemukan pendamping hidup di Muara Angke. Setelah 11 tahun membangun rumah tangga, mereka dikaruniai dua orang anak.
"Enggak, 19 kan saya masih bujang. Saya dapat istri di sini, umur 20-an. Istri juga merantau. Dia juga tadinya kerja juga, sama," ujar Rano.
Waktu pertama kali menginjakkan kaki di Muara Angke, Rano tidak tahu daerah tersebut merupakan langganan banjir rob.
Namun, seiring berjalannya waktu, Rano mencoba terbiasa dan berdamai dengan banjir rob. Ibaratnya, banjir rob sudah seperti makanan sehari-hari.
Baca juga: Tak Ada Persiapan Hadapi Banjir Rob, Warga Muara Angke: Sudah Biasa, Enggak Kaget
"Sudah, dari dulu, sudah enggak heran, langganan (banjir rob) Kalau kata orang Muara Angke tempatnya banjir, ya enggak apa-apa, banjirnya sebentar ini, setengah hari surut," kata Rano.
Rano menyadari, dia tidak bisa mengatasi banjir rob karena itu merupakan musibah alam. Namun, dia dan warga sekitar bisa mengantisipasi agar rumah tidak tenggelam.
"Ya mau enggak mau ditinggikan. Taruh barang-barang yang aman. Ditinggikan semua. Mereka ukur airnya. Kalau airnya masuk ke dalam, kita tinggikan," kata Rano.
Dengan begitu, Rano memastikan bahwa dia dan warga sekitar sudah berdamai dengan banjir rob ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.