Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lahir dan Besar di Jakarta, Satria Sudah Terbiasa dengan Banjir...

Kompas.com - 28/06/2023, 05:00 WIB
Nabilla Ramadhian,
Jessi Carina

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Satria (26) lahir dan besar di Cakung, Jakarta Timur. Sedari kecil, ia sudah terbiasa dengan salah satu masalah yang sering melanda Ibu Kota setiap musim hujan, yakni banjir.

"Jakarta itu identik dengan macet dan banjir. Untuk banjir sendiri, di tempat tinggal saya dulu di kawasan Penggilingan, memang langganan banjir dari dulu," ucap dia di RPTRA Komarudin, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (27/6/2023).

Sejauh yang diingat oleh Satria, perumahan itu memang selalu dilanda banjir setinggi 20 sentimeter.

Namun, ia pernah mengalami banjir yang cukup tinggi pada 2007. Kala itu, ketinggian air mencapai 1,5 meter.

Baca juga: Setahun Lalu Kantongi Penghasilan Rp 30 Juta, Acil Pernah Menikmati Manisnya Citayam Fashion Week

Selalu berjumpa dengan banjir

Satria sekeluarga memang sempat berpindah-pindah tempat tinggal, terutama di kawasan Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.

Namun di setiap tempat yang dihuni, lagi-lagi dia berjumpa dengan banjir. 

Pada 2002-2003, Satria mengingat betul pernah mengalami banjir yang lebih parah daripada tahun 2007 saat ia tinggal di Penggilingan.

"Setiap tempat yang saya pernah tempatin selalu ngalamin banjir. Sekitar 2002 atau 2003, saya ingat (mengalami) banjir paling parah di Jakarta Selatan," ungkap dia.

Pada saat itu, Satria sekeluarga sedang menetap di kawasan Kebon Baru. Namun, rumahnya berada di dataran rendah atau "Kebon Baru Bawah".

Pada tahun tersebut, terang Satria, rumahnya dilanda banjir setinggi lima meter.

Baca juga: Pasukan Biru DKI Nyeberang ke Bekasi, Kasudin SDA Jakpus: Sifatnya Sukarela

Akibatnya, mereka mengungsi ke rumah keluarga lainnya di Tebet Timur yang aman dari banjir karena berada di dataran tinggi.

"Airnya benar-benar nutupin atap rumah. Di Kebon Baru, sekali saja itu kena banjir separah itu. Cuma tinggal setahun di sana, habis itu langsung pindah," ucap dia.

"Hijrah" ke rusun

Usai berpindah-pindah tempat tinggal, keluarga Satria akhirnya memutuskan untuk tinggal di Rusun Komarudin, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur.

Mereka pindah ke sana sejak sekitar 2015-2016 sebelum akhirnya direlokasi ke Rusun PIK Penggilingan pada Juni 2023.

Bertepatan dengan momen HUT ke-496 DKI Jakarta, Satria mengucapkan rasa syukur karena tempat tinggalnya dulu di Jakarta Timur tidak lagi banjir parah.

Baca juga: Cerita Nafran, Warga Green Village Bekasi yang Setengah Garasi Rumahnya Ditembok Hebel...

Meski sudah tidak lagi tinggal di sana, Satria lega mengetahui bahwa para tetangganya dulu tidak lagi harus waspada akan banjir.

"Kalau sekarang, di tempat tinggal saya yang lama di Penggilingan, sudah jarang banget banjir. Sekalinya banjir, cuma genangan air enggak sampai 10 sentimeter," kata Satria.

"Banjir sekarang sudah berkurang karena langkah pembesaran saluran air (di sekitar perumahan)," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com