Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah di Kolong Rumah Panggung Kapuk Muara Sudah Ada Sebelum Warga Bermukim

Kompas.com - 04/07/2023, 17:35 WIB
Baharudin Al Farisi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

 

JAKARTA. KOMPAS.com - Ketua RT 017/RW 04 Kelurahan Kapuk Muara, Syafrudin (54) mengungkapkan bahwa serakan sampah yang ada di bawah kolong rumah panggung warga setempat sudah ada sebelum permukiman kumuh di sana berdiri.

Untuk diketahui, sebelum masyarakat tinggal dan mendirikan rumah panggung, wilayah tersebut merupakan rawa-rawa.

"Memang dari dulu, waktu sebelum dibangun, memang keadaannya seperti itu, sampah sudah ada," kata Syafrudin saat ditemui Kompas.com di Kantor RW 04, Jalan Kapuk Muara Raya, Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara pada Selasa (4/7/2023).

Baca juga: Warga Kapuk Muara Tinggal di Atas Tumpukan Sampah, DPRD DKI: Relokasi ke Rusunawa

"Rumah itu belum berdiri pun, sampah sudah ada. Karena itu memang empang, semak belukar (dulunya)," ucap Syafrudin melanjutkan.

Hingga kini, Syafrudin mengungkapkan bahwa sampah-sampah yang ada di kolong rumah panggung warga tersebut sudah setebal lebih satu meter.

"Dari dulu, diinjak saja juga enggak jeblos. Cuma, hanya membal saja," imbuh Syafrudin.

Kendati demikian, dia tidak menampik bahwa ada beberapa masyarakat yang membuang sampah di kolong rumah panggung.

Baca juga: Saat Warga Kapuk Muara Dibuat Muak dengan Janji Manis Bacaleg, Kini Tak Mau Lagi Meladeni

Pasalnya, kata Syafrudin, mereka yang membuang sampah di kolong rumah panggung karena letak tempat penampungan sementara (TPS) yang terbilang cukup jauh dari permukiman.

"Tapi, kalau yang di depan, itu enggak ada yang buang ke rawa (kolong rumah panggung), enggak. Yang depan itu buangnya ke bak sampah," ujar Syafrudin.

"Itu yang di tengah-tengah saja (buang sampah di kolong rumah panggung). Karena, yang di tengah-tengah, itu jauh mau ke bak sampah," ungkapnya lagi.

Khusus untuk rumah panggung yang di kolongnya bertumpuk sampah, Syafrudin mengatakan, setidaknya tercatat 400 tempat tinggal dengan luas 2 hektar.

"(Luas) 2 hektar ini ditambah sama yang daratan (bukan yang dulunya rawa-rawa), itu masuk RT 17 juga, yang lapangan itu, yang lapak, itu jadi semuanya 3 hektar, hampir 4 hektar," ungkap Syafrudin.

Baca juga: Begini Potret Warga Kapuk Muara yang Belasan Tahun Hidup di Atas Sampah Mereka Sendiri

Kemudian, Syahrudin menceritakan bagaimana warga bisa bermukim di wilayah yang dikenal Kampung Rawa Indah tersebut.

Dia berujar, tidak sedikit orang yang kini bertempat tinggal di Rawa Indah merupakan warga yang tergusur dari bantaran kali.

"Waktu itu bongkaran dari pinggir kali, pelebaran kali Kapuk Muara, kali Angke. Wakil Presiden dulu Pak Hamzah Haz sendiri yang berpidato bahwa memberitahu ke masyarakat jangan tinggal di bantaran kali. Tuh, Pak Hamzah Haz sendiri waktu itu (bicara), 'masih mending, tinggal, menempatkan lahan-lahan yang tidur'," ucap Syafrudin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Megapolitan
Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati 'Pak Ogah' Hingga Oknum Polisi

Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati "Pak Ogah" Hingga Oknum Polisi

Megapolitan
Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Megapolitan
Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang 'Random'

Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang "Random"

Megapolitan
Serba-serbi Penertiban Jukir Minimarket, Ada yang Mengaku Ojol hingga Pakai Seragam Dishub

Serba-serbi Penertiban Jukir Minimarket, Ada yang Mengaku Ojol hingga Pakai Seragam Dishub

Megapolitan
Dharma Pongrekun Melaju, Sudirman Said hingga Poempida Batal Ikut Pilkada DKI Jalur Independen

Dharma Pongrekun Melaju, Sudirman Said hingga Poempida Batal Ikut Pilkada DKI Jalur Independen

Megapolitan
Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Masuk STIP Tak Ditutup demi Perjuangkan Cita-cita Anak

Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Masuk STIP Tak Ditutup demi Perjuangkan Cita-cita Anak

Megapolitan
Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Disebut Tembus Rp 11 Juta

Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Disebut Tembus Rp 11 Juta

Megapolitan
Para Jukir Lansia Minimarket Itu Diputus Rezekinya...

Para Jukir Lansia Minimarket Itu Diputus Rezekinya...

Megapolitan
Penerimaan Mahasiswa STIP Dimoratorium, Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Dilanjutkan

Penerimaan Mahasiswa STIP Dimoratorium, Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Dilanjutkan

Megapolitan
Muncul Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Pelajar SMK Lingga Kencana

Muncul Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Pelajar SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Seleksi Mahasiswa Baru STIP Ditunda, Calon Taruna: Jangan Sampai Pak Menteri Hancurkan Mimpi Kami

Seleksi Mahasiswa Baru STIP Ditunda, Calon Taruna: Jangan Sampai Pak Menteri Hancurkan Mimpi Kami

Megapolitan
Orangtua Calon Taruna Minta Kemenhub Tinjau Ulang Moratorium Seleksi Mahasiswa Baru

Orangtua Calon Taruna Minta Kemenhub Tinjau Ulang Moratorium Seleksi Mahasiswa Baru

Megapolitan
436 Mahasiswa Baru Terancam Gagal Masuk STIP Imbas Kasus Penganiayaan Taruna hingga Tewas

436 Mahasiswa Baru Terancam Gagal Masuk STIP Imbas Kasus Penganiayaan Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com