JAKARTA, KOMPAS.com - Menjual salah satu ginjal dinilai sebagian masyarakat bisa menjadi jalan pintas untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar.
Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida mengatakan, sejumlah pelaku jual beli ginjal beralasan melakukan hal tersebut demi menghidupi keluarganya.
"Bahkan ada yang melakukannya demi keluarga. Ginjal dianggap sebagai 'modal ekonomi'," ujar dia saat dikonfirmasi, Senin (31/7/2023).
Kata Ida, pelaku berpikir menjual ginjal bisa menjadi solusi permasalahan ekonomi.
Dengan menjual ginjalnya, mereka bisa mendapatkan uang dalam jumlah besar dengan relatif cepat tanpa melihat konsekuensi kesehatan yang mereka hadapi nantinya.
"Sisi orang yang menjual organnya, lebih dilihat sebagai solusi atas masalah ekonomi atau keuangan yang dihadapi," ujar Ida.
"Dengan pengetahuan yang terbatas, mereka menganggap tetap bisa hidup hanya dengan satu ginjal saja," tambah dia.
Ida berujar, fenomena itu sangat nyata saat masyarakat menghadapi pandemi Covid-19.
"Sehingga masyarakat cenderung abai (dengan konsekuensi kesehatan)," kata dia.
Baca juga: Update Kasus Jual Beli Ginjal Jaringan Kamboja, Polisi Geledah Kantor Imigrasi di Bali
Sebelumnya, tim gabungan dari Polda Metro Jaya dan Mabes Polri menangkap 12 tersangka sindikat jual beli ginjal ke Kamboja.
Dari 12 tersangka tersebut, salah satunya adalah petugas Imigrasi berinisial HA. Dia ditangkap pada 19 Juli 2013 di Bali.
Dalam kasus ini, HA disebut berperan meloloskan para donor saat melakukan pemeriksaan di Bandara Ngurah Rai, Bali.
Atas perannya itu, HA menerima uang sebesar Rp 3,2 juta hingga Rp 3,5 juta untuk setiap korban yang berangkat ke Kamboja.
"Keberangkatan ke luar negeri, ternyata mereka memalsukan rekomendasi dari beberapa perusahaan seolah-olah akan family gathering ke luar negeri," kata Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi, Kamis (20/7/2023).
Belakangan, polisi kembali menetapkan tiga petugas imigrasi sebagai tersangka kasus penjualan ginjal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.