BEKASI, KOMPAS.com - Ngadenin (63) lansia yang tidak memiliki akses keluar masuk rumahnya telah sepakat untuk menjual lahan kepada pihak hotel.
Kuasa hukum Ngadenin Zaenal Abidin menuturkan, dalam mediasi dengan pihak hotel yang digelar secara tertutup pada Jumat lalu, pihaknya telah menyampaikan hal tersebut.
Namun, kata Zaenal, belum ada kesepakatan antara kliennya dengan pihak hotel soal harga jual tanah per meternya.
"Pertama kami sepakat tanah akan dibeli (pihak hotel). Kedua soal angka baru akan dikoordinasikan dengan pihak hotel," kata Zaenal saat dikonfirmasi, Rabu (9/8/2023).
Baca juga: Tempuh Jalur Hukum, Ngadenin Minta Bukti Pihak Hotel Pernah Tawar Lahan Rp 8 Juta
Karena itu, lanjut Zaenal, pihak kuasa hukum hotel akan mendiskusikan harga dengan yang bersangkutan untuk ditawarkan kepada kliennya.
"Lawyer hotel sedang koordinasi dengan pihak hotel untuk menentukan angka yang akan ditawarkan ke klien kami," tuturnya.
Dari hari Jumat hingga sekarang, Zaenal mengaku belum mendapatkan tawaran harga pembebasan lahan Ngadenin.
"Sampai saat ini belum ada konfirmasi angka yang akan di sampaikan ke kami," kata Zaenal.
Zaenal tidak ingin menyebut berapa harga jual lahan yang diharapkan Ngadenin. Ia menunggu tawaran dari pihak hotel.
Baca juga: Negosiasi Tak Lancar, Ngadenin Ancam Gugat Hotel yang Kurung Rumahnya agar IMB Dicabut
"Biar hotel dulu yang keluar angka kami enggak mau sebut kecuali mereka sebut angka duluan," ujarnya.
Tawaran dari pihak hotel akan ditunggu oleh Ngadenin sampai Jumat mendatang.
"Sampai hari Jumat kalau belum ada konfirmasi akan saya telepon lawyernya hotel," kata dia.
Sebagai informasi, Mediasi yang difasilitasi oleh pemerintah, dalam hal ini pihak Kecamatan Pondok Gede, telah dilakukan pada 12 Juli 2023.
Namun, mediasi tersebut belum menghasilkan keputusan terbaik. Masih ada silang pendapat terkait harga jual beli lahan dari kedua belah pihak.
Selain itu, ada pernyataan berbeda dari pihak hotel dan Ngadenin soal akar permasalahan yang berujung pada penutupan akses rumah tersebut.
Baca juga: Kisruh Akses Rumah Ditutup Tembok Hotel, Ngadenin Merasa Tanahnya Sengaja Dibuat Tak Bernilai
Terhitung, sudah tiga tahun Ngadenin (63) dan istrinya Nur (55) kehilangan kenyamanan tinggal di rumah setelah akses jalan menuju rumahnya "dikurung" tembok hotel.
Akses satu-satunya bagi Ngadenin dan Nur untuk pulang ke rumah hanya melalui saluran air atau got penuh lumpur dan limbah tajam yang berisiko melukai kaki.
"Kurang lebih sudah 3 tahun. Sudah kelelahan kalau mau pulang. Got ini kalau menurut saya kan rawan, ada paku, dan beling, kawat nonjol begitu. Akhirnya saya memutuskan untuk tidur (tinggal) di warung," kata Ngadenin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.