Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Polusi Udara Bagi Ibu Hamil, Bisa Sebabkan Bayi Lahir "Stunting"

Kompas.com - 24/08/2023, 09:08 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Feni Fitriani Taufik memaparkan sejumlah dampak polusi udara terhadap balita, ibu hamil, hingga lansia sebagai kelompok yang paling rentan.

Feni menjelaskan, ibu hamil yang kerap terpapar polusi udara dapat berisiko melahirkan bayi dengan tinggi dan berat badan kurang, yang akhirnya akan menimbulkan stunting.

Kondisi stunting dikhawatirkan memengaruhi perkembangan organ-organ tubuh si buah hati.

"Sedangkan pada anak terjadi gangguan pertumbuhan pada paru, pertumbuhan tubuhnya, bahkan stunting. Kemudian mudah terjadi gejala batuk-batuk dan keluhan asma, dan mulailah terjadi pengerasan pembuluh darah. Karena sejak kecil, bahan-bahan polutan sudah memengaruhi anak tersebut,” ujar Feni dalam konferensi pers secara daring, Rabu (23/8/2023).

Baca juga: BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca Turunkan Hujan untuk Bilas Polusi Udara Jakarta

Ditambah lagi, kata Feni, karena dari kecil anak sudah terpengaruh polusi udara, ketika dewasa risiko penyakit jantung dan asma bisa semakin tinggi.

Kemudian berisiko pula terjadi stroke usia dini, kanker paru, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan diabetes.

Selain itu kondisi organ pernafasan juga menurun, muncul risiko demensia atau pikun, hingga gagal jantung.

Sederet penyakit ini, kata Feni muncul akibat polutan yang tersebar bebas di udara. Sebab, ukurannya yang sangat kecil membuat polutan-polutan tersebut masuk dengan mudah hingga ke aliran darah.

Contohnya saja, untuk polutan jenis partikel yakni Volatile Organic Compound (VOC) dan Particulate Matter (PM) 2.5 bisa menyebabkan iritasi, peradangan, kerusakan organ pernapasan hingga kanker.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Terburuk Kedua di Dunia, Masuk Kategori Tidak Sehat

Partikel PM 2.5 inilah yang diduga menjadi penyebab meningkatnya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di kota-kota besar, termasuk Jabodetabek.

"Karena sifatnya iritasi, ada keluhan akut baik oleh gas maupun partikel, itu mata jadi sering berair, hidung mampet dan tersumbat, sakit tenggorokan, gatal dan batuk-batuk, dan mudah terjadi ISPA," jelas dia.

Apabila partikel polutan ini masih berukuran puluhan mikrometer, kata dia, maka masih bisa disaring oleh bulu-bulu hidung.

Tetapi apabila ukurannya semakin kecil seperti PM 2.5, maka bisa masuk ke kantong udara yang paling kecil atau alveolus. Kemudian sampai ke aliran darah.

Untuk itu, Feni mengimbau agar masyarakat juga ikut berperan aktif mengurangi sumber polusi udara.

Baca juga: Pemkot Bekasi Intensifkan Komunikasi dengan Wilayah Lain Atasi Pencemaran Udara

Termasuk dengan tidak membakar sampah, mulai menggunakan transportasi umum, menerapkan pola hidup bersih dan sehat, serta tidak merokok.

"Para pemangku kebijakan juga agar segera membuat undang-undang dan peraturan terkait pengurangan polusi udara, melakukan koordinasi lintas sektoral bersama akademisi dan profesi untuk memperbaiki kualitas udara," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Selidiki Penyebab Tawuran di Kampung Bahari yang Bikin Jari Pelaku Nyaris Putus

Polisi Selidiki Penyebab Tawuran di Kampung Bahari yang Bikin Jari Pelaku Nyaris Putus

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Megapolitan
Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Megapolitan
Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Megapolitan
Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta 'Napak Reformasi' Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta "Napak Reformasi" Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Megapolitan
Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Megapolitan
Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com