BEKASI, KOMPAS.com - Diana (40) ibunda F (12), siswa sekolah dasar negeri (SDN) yang kakinya diamputasi karena kanker tulang, mengaku sering mendapat hujatan dari teman-teman anaknya.
Kuasa hukum F, Mila menuturkan bahwa hujatan dilontarkan bukan hanya dari teman-teman F, tetapi juga alumnus SDN Jatimulya 09, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
"Ada beberapa kemarin yang sangat miris, ada status dari teman-temannya F satu kelasnya itu ya, dengan alumni anak sekolah 09 itu, yang menghujat ibunya F," ujar Mila saat dihubungi, Kamis (9/11/2023).
Mila mengatakan, hujatan itu berkaitan dengan status Diana sebagai orangtua tunggal. Bukti status yang memojokkan itu pun telah disimpan.
"Itu sudah saya screenshoot semua memberikan kata-kata yang tidak etis, ada yang begini 'Ya sudah, kita bakar ramai-ramai saja yuk rumah janda itu'" ujarnya.
Mila tak menyangka kata-kata tersebut keluar dari anak-anak yang usianya bahkan masih di bawah umur.
Karena hal itu, Mila menyimpulkan bahwa ada yang salah dari hasil didikan sekolah tersebut.
"Beginilah hasil didikan ketika seorang gurunya saja menyampaikan bahwa bullying atau perundungan itu adalah hal yang biasa," imbuhnya.
Baca juga: Bocah di Bekasi yang Diamputasi karena Kanker Tulang Khawatir Pikirkan Masa Depan
"Maka akan menciptakan pemikiran dan juga kualitas dari generasi muda atau muridnya menjadi seperti itu untuk attitude dan manner-nya," tambah Mila.
Menurut Mila, status-status itu sangat tidak etis dilontarkan untuk kliennya yang kini sedang berjuang menghidupi anaknya seorang diri.
Bukti status yang mencemooh Diana itu pun telah disimpan Mila untuk nantinya dijadikan bukti ke pihak berwajib.
"Sebagai tambahan bukti juga bahwa ini loh hasil dari didikan dari seorang guru yang menyepelekan bullying dan juga perundungan," tegas dia.
Sebagai informasi, F menjadi korban perundungan secara verbal. Ia juga mendapat perlakuan sliding dari temannya pada Februari 2023.
Tiga hari setelah di-sliding, F mengeluh sakit di bagian kakinya. Karena tak kunjung sembuh meski sudah berobat ke klinik dan diberi pereda nyeri, F akhirnya menjalani rontgen dan MRI.
"Di-rontgen dan dirujuk ke MRI, didignosis ada infeksi dalam, itu pada akhir Maret. Kami berusaha obati dulu," imbuh ibunda dari F, Diana.