BOGOR, KOMPAS.com - Warga Lebak Kantin, Sempur, Bogor mengeluhkan masalah kualitas pendidikan di lingkungannya.
Ketua RW 05 Lebak Kantin Adang Rahmat mengatakan, ada beberapa faktor penyebab permasalahan pendidikan di wilayahnya, mulai dari faktor internal hingga eksternal.
Faktor tersebutlah yang menjadi permasalahan dan memengaruhi penentuan kualitas pendidikan di Lebak Kantin.
Baca juga: Menengok Permukiman Kumuh di Sempur, Tak Jauh dari Istana Bogor
“Pendidikan kurang, rata-rata SMA. Yang melanjutkan ke perguruan tinggi hanya beberapa diri aja. Satu, dua aja. Apakah karena kemampuan warga atau karena pergaulan,” ucap Adang saat diwawancarai Kompas.com, Senin (22/1/2024).
Dari faktor internal, orangtua sebagai wali murid lebih memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan anaknya setelah lulus SMA ke perguruan tinggi karena keterbatasan ekonomi.
Sedangkan dari faktor eksternal, yaitu lingkungan pergaulan anak.
Adang mengatakan, jika lingkungan pergaulan banyak yang tidak sekolah, maka bisa membuat anak menjadi malas melanjutkan pendidikannya. Mereka lebih memilih untuk bermain yang berujung pada putus sekolah.
“Ya itu pengaruh lingkungan, apalagi pergaulannya dengan orang yang tidak sekolah akhirnya drop out,” tutur Adang.
Baca juga: Tutup Kubangan Terminal Bubulak Pakai Aspal Bekas, Sekda Bogor: Memang Tidak Ada Anggaran
Ketua RT 03 RW 05 Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah Erwin Munandar menyampaikan, untuk pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) di wilayahnya berdasarkan sistem zonasi.
Di lingkungan Lebak Kantin terdapat beberapa sekolah negeri yang jaraknya cukup dekat, sehingga warga sekitar bisa menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah yang bermutu.
Namun, bagi orangtua dengan kondisi ekonomi yang berkecukupan lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah swasta.
Akan tetapi, kualitas pendidikan bukan hanya dipengaruhi dari sekolah, namun juga dari lingkungan, keluarga dan kualitas individu diri.
“SD dekat-dekat sini ada, SMP tergantung zonasi, sekolah swasta kalau mereka punya uang, yang bagus, yang favorit itu yang dipilih. SMA itu tergantung nasib si anak dan keluarganya, walau zonasi dan kita sudah meminta bantuan anggota dewan kalau kondisi anak dari segi nilai kurang tidak bisa memaksakan,” ucap Erwin.
Baca juga: Jalan KH Abdullah bin Nuh Kota Bogor Macet, Tidak Ada Petugas yang Mengatur Lalin
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.