Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diintimidasi Seseorang karena Gelar Deklarasi Pemilu Demokratis, Guru Besar UI: Dia Kecewa UI Ikut-ikutan UGM dan UII

Kompas.com - 02/02/2024, 18:35 WIB
Abdul Haris Maulana

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Guru Besar Universitas Indonesia (UI), Profesor Harkristuti Harkrisnowo mengaku bahwa pihaknya mendapat intimidasi sebelum menggelar deklarasi kebangsaan di Rotunda, UI, Depok, Jumat (2/2/2024).

Intimidasi itu dilakukan oleh seseorang ke beberapa guru besar UI melalui sebuah pesan WhatsApp.

"Kami sudah agak diintimidasi juga sebenarnya. Kami dapat pesan WA dari salah seorang mahasiswa kami yang menyatakan bahwa dia kecewa kenapa UI kok ikut-ikutan UGM, UII, dan lain-lain. Karena harusnya kita bisa ikut pergi ke pejabat yang berwenang dan menyampaikan ide-ide," kata Harkristuti usai menggelar deklarasi kebangsaan.

Baca juga: Guru Besar UI Mengaku Diintimidasi karena Gelar Deklarasi Desak Pemilu Demokratis

Harkristuti mengatakan, sosok yang mengirimkan pesan tersebut mengaku alumni fakultas hukum dari kampusnya.

Namun, ia tidak tahu pasti siapa sosok yang mengirimkan pesan tersebut kepada dirinya dan beberapa guru besar UI lainnya.

"Dia berusaha agar kita tidak menjalankan apa yang dijalankan pada hari ini (deklarasi kebangsaan)," ujarnya.

Lebih lanjut, Harkristuti mengaku bahwa ia sempat membalas pesan yang diberikan kepadanya itu.

Baca juga: Guru Besar UI Serukan Semua Perguruan Tinggi di Indonesia Ikut Kawal Ketat Pelaksanaan Pemilu 2024

"Ya kami enggak ngapa-ngapain, kami hanya mengatakan 'Anda waktu di kampus diajari yang namanya akademik freedom, kebebasan akademik dan etika akademik. Dan itulah yang kami laksanakan pada hari ini," tuturnya.

Sebagai informasi, pada seruan deklarasi hari ini, civitas academica UI menekankan empat poin yang bertujuan mendorong Pemilu 2024 berjalan demokratis dan damai.

"Kami berdiri di sini, mengajak warga dan alumni Universitas Indonesia, untuk segera merapatkan barisan, guna mengutuk segala bentuk tindakan yang menindas kebebasan berekspresi, menuntut hak pilih rakyat dalam pemilu dapat dijalankan tanpa intimidasi dan ketakutan," ungkap Harkristuti saat membacakan poin deklarasi.

Selain itu, civitas academica UI juga menekankan bahwa pemilu harus terbebas dari paksaan memenangkan salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

Baca juga: Kasus Korupsi Memuncak Jelang Pemilu 2024 Bikin Sivitas Akademika UI Geram

"Menyerukan agar semua perguruan tinggi di seluruh Tanah Air mengawasi dan mengawal secara ketat pelaksanaan pemungutan dan perhitungan suara di wilayah masing-masing," kata Harkristuti.

(Tim Redaksi: Dinda Aulia Ramadhanty, Nursita Sari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com