JAKARTA, KOMPAS.com - Rektor nonaktif Universitas Pancasila, ETH (72) mengatakan, dirinya saat ini berada di titik yang paling rendah dalam hidupnya usai dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap pegawainya.
“Tidak pernah terpikirkan sedikit pun oleh saya bisa berada di titik seperti ini, di titik nadir, paling bawah,” kata dia saat jumpa pers di Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (29/2/2024).
Baca juga: Terjerat Kasus Pelecehan, Rektor Universitas Pancasila: Saya Sangat Malu, Baru Kali Ini Dihina
Tak hanya itu, ia merasa nama baiknya selama ini di ambang kehancuran.
Seketika, semua prestasi yang telah diperbuatnya selama ini hancur lebur imbas kasus yang menyeretnya.
“Nama baik saya dipertaruhkan. Tapi bukan nama baik saya saja yang mungkin hancur, prestasi serta loyalitas saya tiba-tiba lenyap,” tutur dia.
ETH menduga, ada oknum yang sengaja melakukan hal ini terhadap dirinya.
Sebab, isu ini mencuat menjelang pemilihan rektor baru Universitas Pancasila.
“Memang saya cari-cari apa motif mereka sebetulnya. Tapi dugaan saya ini karena bertepatan dengan pemilihan rektor di Universitas pancasila. Mereka ingin jadi rektor,” ungkap dia.
ETH tak menampik bahwa dirinya mungkin mengenali siapa sosok di balik semua ini.
Sebagai seorang rektor, ia tentu mengenali setiap orang di Universitas Pancasila.
“Saya tahu setiap orang di Universitas Pancasila. Saya tahu siapa yang hebat, siapa yang pintar, tapi saya juga tahu siapa yang culas,” imbuh dia.
Sebagai informasi, Rektor nonaktif Universitas Pancasila, ETH, diduga melakukan pelecehan terhadap dua staf kampus, RZ dan DF.
Dugaan pelecehan seksual yang dialami RZ terjadi setahun lalu, yaitu pada Februari 2023. Pada bulan yang sama saat RZ dimutasi ke pascasarjana Universitas Pancasila.
Sementara, dugaan pelecehan seksual yang dialami DF terjadi sekitar Desember 2023.
Baca juga: Hari Ini, Rektor Universitas Pancasila Diperiksa Terkait Dugaan Pelecehan Seksual Stafnya
Kala itu, DF mengundurkan diri dari kampus lantaran ketakutan usai dilecehkan oleh sang rektor.