JAKARTA, KOMPAS.com - Rektor nonaktif Universitas Pancasila berinisal ETH (72) membantah telah melecehkan dua staf kampusnya, RZ (42) dan DF.
Pernyataan ini dilontarkan ETH sebelum diperiksa atas laporan korban RZ di Mapolda Metro Jaya, Kamis (29/2/2024).
"Enggak dong, itu (dugaan pelecehan) enggak (benar)," ujar ETH.
Dalam kesempatan itu, dia turut membantah tudingan mencium pipi maupun memegang area sensitif korban.
Baca juga: Tiba di Polda Metro, Rektor Universitas Pancasila Bantah Lecehkan Stafnya
"Enggak, enggak lah. Saya harus masuk (untuk pemeriksaan). (Soal bantahan) semua sudah ke kuasa hukum," ungkapnya.
Menurut ETH, tuduhan itu sengaja dimunculkan bertepatan dengan pemilihan rektor baru.
"Dugaan saya ini karena bertepatan dengan pemilihan rektor di Universitas Pancasila. Mereka pengin jadi rektor," tutur dia.
Namun, ia tak membeberkan siapa dalang di balik munculnya isu dugaan pelecehan seksual tersebut. ETH mengaku telah diberitahu yayasan bahwa dirinya siap kembali menjabat sebagai rektor.
"Mungkin hanya saya yang sudah siap sampai di sini. Yang lain mungkin enggak kepikir. Jadi kalau saya terpilih, besok saya sudah tahu harus berbuat apa," jelas ETH.
"Saya tahu setiap orang di Universitas Pancasila. Saya tahu siapa yang hebat, siapa yang pintar. Tetapi juga siapa yang culas," imbuhnya.
Adapun ETH telah menjabat sebagai rektor Universitas Pancasila selama 13 tahun. Ia meyakini telah menjadi target utama dengan motif persaingan dalam pemilihan rektor.
Sementara itu, kuasa hukum ETH, Faizal Hafied, menuding pelaporan dugaan pelecehan seksual terhadap kliennya merupakan politisasi menjelang pemilihan rektor baru.
"Seandainya tidak ada pemilihan rektor pada Maret ini, diyakini tidak ada laporan-laporan polisi terhadap klien kami," kata Faizal.
Faizal menilai, isu tersebut juga merupakan asumsi.
"Ada hal yang tidak benar dan tidak tepat disampaikan oleh orang lain yang mendiskreditkan klien kami," papar dia.