Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Kompas.com - 08/05/2024, 06:42 WIB
Baharudin Al Farisi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa tahun lalu, Arman (bukan nama sebenarnya) memutuskan untuk mengubur cita-citanya untuk menjadi nakhoda setelah delapan bulan mengemban pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.

Terlepas dari perpeloncoan yang disebut sudah turun-temurun, alasan utama Arman mengundurkan diri dari sekolah kedinasan tersebut karena dia difitnah salah satu kakak tingkatnya.

Kendati demikian, Arman tetap berbagi kisah mengenai perpeloncoan yang pernah dia alami dari kakak tingkatnya, meski ini bukan menjadi faktor utama mengapa dia mengundurkan diri.

Perpeloncoan, kata Arman, sudah dia anggap sebagai hal yang biasa karena saking seringnya mendapatkan kekerasan sebagai taruna tingkat satu.

Baca juga: Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Student dormitory

Arman berujar, setiap taruna atau taruni wajib menginap di student dormitory atau asrama yang dikelola STIP yang lokasinya masih satu kawasan dengan sekolah pelayaran tersebut.

Dalam satu kamar setidaknya terdapat empat orang yang terdiri dari tiga taruna tingkat satu dan satu taruna tingkat empat.

Namun, kondisi tersebut tergantung dengan luas kamar, terkadang ada yang dihuni dua taruna tingkat empat dan tiga taruna tingkat satu. Kata Arman, ini memang peraturan STIP yang menempatkan taruna seperti itu.

Selama Arman mengemban pendidikan di STIP, dia mengaku tidak pernah melihat taruna/i tingkat tiga. Sebab, seluruh taruna/i tengah tingkat tiga sedang menjalani program magang.

Oleh karena itu, hanya ada taruna/i tingkat satu, dua, dan empat di STIP.

Baca juga: Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok

Siapkan seragam senior

Setiap hari, taruna tingkat satu diwajibkan bangun pukul 04.00 WIB untuk berolahraga di lapangan bintang, tempat yang dianggap sakral bagi seluruh taruna/i STIP.

"Kalau untuk lari jam 04.00 WIB, itu hanya untuk tingkat satu saja dan itu memang peraturan dari sekolah. Mungkin dilatih untuk bangun pagi, terus senam," ucap Arman saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (7/5/2024).

Setelah berolahraga, taruna tingkat satu kembali ke kamar masing-masing untuk shalat subuh, mandi, dan rapi-rapi sebelum melaksanakan apel pukul 06.30 WIB.

Saat momen ini, taruna tingkat satu juga harus menyiapkan seragam taruna tingkat empat yang satu kamar dengan mereka.

Baca juga: Ketua STIP Sebut Kasus Penganiayaan Putu akibat Masalah Pribadi, Pengamat: Itu Salah Besar, Tidak Mungkin

"Ini peraturan tidak tertulis, tapi turun-temurun. Istilahnya, kami (taruna satu) nge-brasso. Kan di seragam ada logam, itu harus mengilap. Kami juga harus menyiapkan baju, dasi, dan lain-lain. Itu setiap hari," kata dia.

"Ya habis itu, apel, sarapan, masuk kelas, pelajaran normal. Nanti, sekitar jam 09.00 WIB atau 10.00 WIB, ada kayak semacam break. Kita ke gedung Wisraba, lalu balik lagi ke kelas, dan belajar," lanjutnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Potongan Tapera, Karyawan: Yang Gajinya Besar Enggak Berasa, Kalau Saya Berat...

Soal Potongan Tapera, Karyawan: Yang Gajinya Besar Enggak Berasa, Kalau Saya Berat...

Megapolitan
Tak Hanya Pembunuhan Berencana, Panca Darmansyah Juga Didakwa Pasal KDRT

Tak Hanya Pembunuhan Berencana, Panca Darmansyah Juga Didakwa Pasal KDRT

Megapolitan
Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai: Pendapatan Segitu Saja Malah Dipotong Melulu

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai: Pendapatan Segitu Saja Malah Dipotong Melulu

Megapolitan
Jaksa: Panca Darmansyah Lakukan KDRT ke Istri karena Cemburu

Jaksa: Panca Darmansyah Lakukan KDRT ke Istri karena Cemburu

Megapolitan
Tutup Akses Jalan Rumah Warga, Ketua RT di Bekasi: Dia Tak Izin, ini Tanah Saya

Tutup Akses Jalan Rumah Warga, Ketua RT di Bekasi: Dia Tak Izin, ini Tanah Saya

Megapolitan
DPW PSI Terima Berkas Pendaftaran Achmad Sajili sebagai Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

DPW PSI Terima Berkas Pendaftaran Achmad Sajili sebagai Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Megapolitan
Protes Iuran Tapera, Karyawan Swasta: Kami Sudah Banyak Potongan!

Protes Iuran Tapera, Karyawan Swasta: Kami Sudah Banyak Potongan!

Megapolitan
Pegi Jadi Tersangka, Kakak Kandung Vina: Selidiki Dulu Lebih Lanjut!

Pegi Jadi Tersangka, Kakak Kandung Vina: Selidiki Dulu Lebih Lanjut!

Megapolitan
Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana terhadap 4 Anak Kandungnya

Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana terhadap 4 Anak Kandungnya

Megapolitan
Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Megapolitan
'Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise'

"Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise"

Megapolitan
Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Megapolitan
Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Megapolitan
Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com