Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Lumpuh, Johni Tak Melulu Menunggu Bantuan Pemerintah

Kompas.com - 20/02/2013, 08:52 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Hidup di atas kursi roda tak membuat Johni Erly (52 tahun) menggantungkan hidupnya pada uluran tangan orang lain. Dia membuktikan kekurangan fisik tak membuat salah satu warga rumah susun Marunda ini menunggu bantuan dari siapa pun, termasuk pemerintah, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Johni pun menyayangkan sikap sebagian warga rusun yang terlalu menuntut layanan pemerintah, meskipun sudah mendapatkan beragam bantuan.

"Lihatlah yang terjadi di rusun ini, yang 'cacat' itu orang normal atau orang yang cacat fisiknya?" ujar Johni, saat bercakap-cakap dengan Kompas.com di Rusun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (19/2/2013). Pertanyaan itu mewakili keprihatinannya melihat sikap sebagian warga rusun Marunda yang masih saja mengeluh dan mengharap layanan lebih dari pemerintah.

Johni, pria kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat, berpendapat, sebagian warga menunjukkan sikap lemah dengan mengeluh dan menuntut seperti itu. "(Tapi) itulah mental kebanyakan bangsa kita yang senang kalau hidup dari bantuan, juga tidak pernah puas walaupun terus-terusan dibantu," kata dia.

Johni tidak yakin, warga yang pindah ke Marunda benar-benar tak memiliki apa pun setelah banjir melanda permukiman mereka pada Januari lalu. Selain itu, sebagai orang tanpa kekurangan fisik, warga rusun menurut dia juga memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Karena itu Johni berpendapat, tidak wajar jika untuk perlengkapan dapur pun ada warga yang terus-menerus menuntut kepada pemerintah. "Kok untuk piring dan gelas pun harus merengek ke pemerintah. Bahkan TV sekalipun saya yakin mereka mampu beli. Mereka berkeluarga dan punya dua-tiga anak, sangat tidak masuk akal kalau untuk barang-barang sederhana pun harus minta ke pemerintah," ungkapnya.

Pria yang membuka toko sederhana di lantai dasar Blok 7 klaster B ini sebelumnya menetap di RT 22 RW 17 Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. Meski kakinya lumpuh, ia tetap mampu memenuhi kebutuhan hidup dengan bekerja sebagai tukang servis televisi.

Sejak 23 Januari 2013, Johni dan istrinya memutuskan mengikuti program pemerintah untuk pindah ke Rusun Marunda. Di lokasi baru ini Johni sadar profesi lamanya mereparasi TV memiliki peluang yang sangat kecil. "Menurut hitungan saya, sampai dua tahun ke depan peluang servis TV di sini sangat kecil. Semua warga dapat TV baru, kecil kemungkinan TV-nya rusak dalam waktu dekat," ujar dia.

Dengan perhitungan itu, Johni pun memutuskan beralih profesi. Unit berbentuk ruko yang ditempatinya dijadikan toko kelontong. Sebagai modal awal, ia menggunakan uang simpanan ditambah pinjaman sebesar Rp 2 juta. Dalam tempo tiga pekan, Johni telah mampu mengembalikan pinjaman sebesar Rp 1,5 juta. "Sekarang saya tinggal lunasi Rp 500.000," ungkap dia.

Johni pun yakin semua warga rusun juga bisa hidup tanpa mengandalkan bantuan pemerintah. Terus bergantung dari uluran tangan orang lain bagi Johni adalah bentuk "gangguan mental" yang bisa berkembang menjadi penyakit sosial masyarakat.

Atas dasar itu, Johni berharap pemerintah bisa sedikit menyurutkan perhatian kepada warga rusun. Menurut dia, lebih baik perhatian pemerintah dialihkan pada upaya penyediaan lapangan kerja yang layak. "Menyediakan pekerjaan lebih penting daripada sekadar memberikan bantuan. Lebih baik berikan mereka kerja. Setelah itu biarkan mereka berjuang untuk penuhi kebutuhan keluarga. Mereka orang normal, mereka pasti mampu."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com