Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Kembang hingga Pembaca Doa Nikmati Untung dari Peziarah

Kompas.com - 04/07/2013, 17:39 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Masa menjelang bulan puasa merupakan masa menguntungkan bagi para pedagang bunga musiman di sejumlah tempat pemakaman umum di Jakarta. Inilah masa-masa di mana mereka meraup untung dari para peziarah.

Hal itu juga terjadi di TPU Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Saat ini, puluhan pedagang kembang musiman menempati hampir setiap petak pemakaman di sana. Sejak pagi para pedagang musiman itu sudah menyediakan beragam bunga bagi para peziarah untuk ditempatkan di makam orang-orang terdekat mereka.

Para pedagang itu tersebar mulai dari sepanjang Jalan Penjernihan, Karet Tengsin, Tanah Abang, pintu masuk TPU, hingga ke dalam areal pemakaman. Pedagang ini biasanya hanya ada menjelang datangnya bulan suci Ramadhan dan pada saat perayaan Idul Fitri ataupun Idul Adha. Hanya ada tiga pedagang kembang yang rutin berjualan di depan lokasi pintu masuk TPU Karet Bivak.

Uut, salah satu pedagang tetap di TPU tersebut, mengaku sudah menjajakan kembang sejak tahun 1965. Ketika itu, dia masih mengikuti orangtuanya yang juga bekerja sebagai penjaja kembang. "Sekarang sih cuma nerusin kerja orangtua," katanya, Kamis (4/7/2013).

Menurut Uut, keberadaan pedagang kembang musiman ini sudah menjadi tradisi di TPU tersebut selama bertahun-tahun, khususnya pada masa-masa tertentu seperti sekarang. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai penjaja makanan ringan keliling di kampung-kampung.

Yumi, misalnya, beralih sementara dari pedagang makanan menjadi pedagang kembang musiman di tempat itu. Menurutnya, saat ini menjual kembang di TPU jauh lebih menguntungkan daripada menjual makanan.

"Lumayan, sehari bisa dapat Rp 50.000. Kalau jualan makanan paling cuma Rp 30.000," katanya.

Uut mengatakan, menjual kembang pada masa jelang puasa seperti sekarang sangat menguntungkan. Dalam sehari, ia bisa menjual 50 hingga 100 kantong kecil kembang tabur dengan harga Rp 5.000 per bungkus.

Jika peziarah membeli dalam wadah keranjang, harganya bisa 10 kali lipat. Satu keranjang bunga tabur dihargai Rp 50.000. Kalau ditambah bunga mawar utuh atau setangkai anggrek, harganya naik jadi Rp 100.000.

"Jadi tergantung permintaan pembeli, mereka yang minta seperti apa kembangnya. Mau kembang tabur semuanya atau mungkin mawar saja atau mungkin dicampur, nanti tinggal kita yang menyediakan," katanya.

Dalam sehari, Uut bisa menjual bunga tabur hingga dua kantong besar. Bunga-bunga itu dibelinya dari pusat pasar bunga di Rawa Belong, Jakarta Barat. Satu kantong besar bunga dibelinya dengan harga Rp 20.000 hingga Rp 25.000.

Selain menjajakan bunga, para pedagang itu juga menjual air mawar yang telah dikemas di dalam botol. Satu botol kecil air mawar dijual dengan harga Rp 5.000 hingga Rp 7.500, sedangkan botol besar dibanderol Rp 10.000.

"Di sini juga jual kembang mawar utuh dan anggrek utuh, setiap tangkainya Rp 5.000," ujar Uut.

Karena sedang musim tabur bunga, maka mudah saja bagi para pedagang itu untuk menjajakan dagangannya. Lagi pula, pedagang lama seperti Uut sudah memiliki pelanggan setia yang selalu membeli kembang kepadanya, termasuk mantan Presiden RI dan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.

"Dulu sebelum jadi presiden, Bu Mega sering ngobrol belanja di sini. Bahkan kadang-kadang suka ngobrol lama sambil nungguin keluarganya yang datang bareng untuk nyekar. Tapi setelah jadi presiden, biasanya ajudannya yang beli di sini," ujarnya.

Selain penjaja kembang, ramainya peziarah di TPU juga membawa berkah bagi para pembaca doa dadakan, penyapu makam, hingga para pengemis di TPU Karet Bivak. Saat ini mereka memanen rezeki dari para peziarah tersebut.

"Beda-beda, biasanya sekali baca doa suka dikasih Rp 30.000 sama orang," kata Idam, salah seorang pembaca doa di TPU Karet Bivak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

    15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

    Megapolitan
    Bantu Buang Mayat, Adik Pembunuh Wanita Dalam Koper Juga Jadi Tersangka

    Bantu Buang Mayat, Adik Pembunuh Wanita Dalam Koper Juga Jadi Tersangka

    Megapolitan
    Banjir Berbulan-bulan di Permukiman Depok, Pemkot Bakal Keruk Sampah yang Tersumbat

    Banjir Berbulan-bulan di Permukiman Depok, Pemkot Bakal Keruk Sampah yang Tersumbat

    Megapolitan
    Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper Terungkap, Korban Ternyata Minta Dinikahi

    Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper Terungkap, Korban Ternyata Minta Dinikahi

    Megapolitan
    Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

    Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

    Megapolitan
    Heru Budi Usul Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

    Heru Budi Usul Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

    Megapolitan
    Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

    Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

    Megapolitan
    6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

    6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

    Megapolitan
    Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

    Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

    Megapolitan
    Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

    Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

    Megapolitan
    Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

    Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

    Megapolitan
    Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

    Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

    Megapolitan
    DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

    DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

    Megapolitan
    Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

    Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

    Megapolitan
    Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

    Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

    Megapolitan
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com