Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelar Kunker, Komisi VII DPR Cecar Jokowi

Kompas.com - 28/10/2013, 19:38 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi VII DPR RI melaksanakan kunjungan kerja (kunker) ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Senin (28/10/2013). Dalam kunjungan tersebut, para wakil rakyat itu pun mencecar sejumlah pertanyaan kepada Gubernur DKI Joko Widodo sekaligus para stafnya.

Kunjungan kerja tersebut dilakukan di Ballroom Balaikota. Kunker tersebut diawali dengan sesi tanya jawab. Dipandu Ketua Komisi VIII Soetan Bathoegana, keempat anggotanya menanyakan sejumlah topik permasalahan kepada Jokowi.

Pertanyaan pertama dilontarkan SW Yudha dari Fraksi Golkar. Yudha menanyakan analisis mengenai analisis dampak lingkungan (amdal) sejumlah proyek penataan waduk oleh Jokowi. Menurut Yudha, amdal harus ada sebelum melaksanakan proyek. Tetapi, yang ditemukan justru amdal dibuat berjalan seiringan dengan pembangunan.

"Bagaimana katanya soal pematuhan terhadap undang-undang? Ini penting sehingga jika suatu saat ada keresahan, bisa disampaikan sesuai dengan apa yang ada di dokumen itu," ujar Yudha.

Pertanyaan kedua dilontarkan Alimin Abdullah dari fraksi Partai Amanat Nasional (PAN). Alimin mengapresiasi positif soal penataan waduk. Tetapi, menurutnya, pembangunan tersebut tak komprehensif. Pasalnya, sumber air waduk itu diketahui adalah limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah industri yang ada di sekitar waduk.

"Ini jelas beda dengan bayangan saya. Berapa kapasitas waste water treatment? Apakah sesuai dengan limbah yang ada," cecarnya.

Cecaran pertanyaan pun tak hanya dilontarkan oleh anggota DPR yang notabene berseberangan partai politik dengan Jokowi, tetapi juga dari PDI-Perjuangan sendiri, yakni Efendi Simbolon.

Efendi dengan tegas mempertanyakan proyek reklamasi yang dilaksanakan oleh Pemprov DKI. "Apakah ini sudah final? Apa urgensinya Jakarta butuh daratan seperti Singapura? Komisi VII ini dengan tegas melawan alih fungsi," ujar Efendi.

"Nyatanya Pantai Indah Kapuk (daerah yang telah melakukan reklamasi) jadi komunitas high end, high sociality. Bagaimana pembangunan kita tunduk dalam tanda kutip terhadap kepentingan kapitalis? Padahal, Pemprov harus mengedepankan kepentingan bangsa dan negara," ujarnya.

Cecaran jawaban tersebut belum dijawab oleh Jokowi atau stafnya. Rapat kerja tersebut pun memasuki sesi istirahat untuk shalat. Setelah itu, sang Gubernur akan menjawab pertanyaan tersebut.  

Update: Dicecar Komisi VII, Ini Jawaban Jokowi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com