Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadis Pendidikan DKI Bantah Buat Anggaran Siluman

Kompas.com - 01/11/2013, 11:25 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Pendidikan DKI menjadi salah satu dari empat SKPD DKI Jakarta yang ditemukan oleh BPKP ada anggaran siluman di APBD 2014. Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pendidikan DKI Taufik Yudi Mulyanto membantah Disdik DKI memunculkan kembali anggaran yang telah dikoreksi sebelumnya.

"Saya pikir, saya enggak mengatakan kalau itu anggaran siluman. Anggaran yang muncul tidak dari usulan Dinas Pendidikan," kata Taufik di Balaikota Jakarta, Jumat (1/11/2013).

Dalam membahas anggaran, Dinas Pendidikan DKI melakukan asistensi khusus dengan BPKP, yang dihadiri langsung oleh Kepala Perwakilan BPKP DKI Jakarta, yang turut melibatkan Kadisdik, Wakadisdik, Kasudin, Kabid, Kepala UPT, Kasie Sarpras 11 Sudin, Ketua Panitia, dan Sekretaris Lelang, pada Rabu (30/10/2013) lalu. Ia mengatakan setelah pembahasan anggaran di internal Disdik DKI selesai dilaksanakan di tubuh internal, kemudian anggaran tersebut diserahkan kepada Bappeda DKI bersama DPRD DKI.

Menurut dia, saat pembahasan anggaran, legislatif dapat mengatakan mendapat masukkan dari masyarakat. Kendati demikian, Taufik pun tak mengetahui masyarakat mana yang memberi masukan.

Ia mencontohkan, anggaran yang muncul tiba-tiba pada 2012 adalah pengadaan alat pemadam api ringan untuk sekolah. Di APBD Penetapan, muncul angka Rp 4 miliar, padahal pengadaan itu adalah tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI.

Kemudian pada APBD Perubahan muncul lagi program tersebut dengan angka yang lebih tinggi Rp 21 miliar dengan tipe terbaru. Akhirnya Dinas Pendidikan DKI pun tidak melaksanakan lelang tersebut dan anggarannya dibiarkan menjadi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA).

Selain pengadaan alat pemadam kebakaran di sekolah, ada juga anggaran lain yang tiba-tiba muncul, yaitu kegiatan Test of English for Communication. "Tes itu sebenarnya untuk SMA SMK, tapi kok muncul untuk SD. Jadi, saya kira tidak ada manfaatnya, dan kita tidak lakukan," kata Taufik.

Tahun lalu, menurutnya, Dinas Pendidikan DKI telah mengembalikan sebanyak Rp 2,7 miliar karena terindikasi pemborosan. Saat ini, Dinas Pendidikan DKI pun telah meminta pendampingan dari BPKP dalam merancang dan melaksanakan anggaran.

Ia mengatakan, porsi APBD di Dinas Pendidikan masih banyak untuk pemanfaatan belanja sarana prasarana, seperti pengadaan laptop, proyektor, akses internet, laboratorium komputer, dan aplikasi-aplikasi program. Pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa mempertimbangkan asas waktu, asas manfaat, asas administrasi, dan asas kelayakan harga (e-catalog dan survey pasar). Nantinya, Dinas Pendidikan DKI juga menggunakan e-catalog untuk pengadaan barang, seperti meja, kursi, lemari, laptop, proyektor, dan alat peraga.

"Sekarang yang masih ada di e-catalog baru alat tulis kantor dan alat berat. Kami juga sudah bersurat ke LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah)," ujar mantan Dosen Universitas Negeri Jakarta tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Megapolitan
Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Megapolitan
Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki 'Gue Orang Miskin'...

Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki "Gue Orang Miskin"...

Megapolitan
Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com