Protes tersebut dilayangkan saat para pedagang Pasar Minggu bertemu langsung dengan Jokowi saat peresmian relokasi 843 pedagang kaki lima ke dalam Blok B, C, dan lokasi binaan (lokbin), Rabu (13/11/2013) kemarin. Melalui salah seorang pedagang, yakni M Rizal (30), ia memprotes desain rusun-pasar di sana.
"Kita 30 tahun menantikan pasar seperti sekarang. Terkesan sudah enggak semrawut dan kumuh sehingga enggak nyaman. Tapi, kita keberatan kalau ada rusun," ujar pedagang sayur itu.
Lantas, apa tanggapan Joko Widodo? Ia menilai, desain yang telah dibuat memiliki efek jangka panjang. Dalam satu permukiman, terdapat beragam kebutuhan warganya sehingga persoalan kemacetan, kesemrawutan pasar bisa diminimalisasi dengan tidak hanya desain bangunan, tetapi juga desain sosial.
"Orang kan tinggal beli ke bawah.Yang jualan juga tinggal di atas. Apalagi, kan nanti terkoneksi KRL, MRT, transjakarta. Jangan bayangkan saat ini, tapi 20-30 tahun mendatang," tutur Jokowi.
Jokowi menilai, adanya protes lantaran ketidaktahuan para pedagang tentang nilai lebih desain tersebut. Dalam waktu dekat, ia berjanji akan melakukan komunikasi dengan para pedagang untuk mendengar apa pendapat mereka tentang desainnya itu.
Penataan relokasi Pasar Minggu berhasil memindahkan 843 pedagang kaki lima ke dalam Blok B, C, dan lokasi binaan di Pasar Minggu yang telah tersedia. Jenis komoditas yang dijual ialah sayur-mayur, makanan dan minuman, elektronik, dan lainnya.
Di tempat yang baru, pedagang diberikan tempat usaha secara cuma-cuma alias gratis selama enam bulan. Namun, pedagang tetap diwajibkan membayar iuran biaya pengelolaan pasar, yakni listrik dan air sesuai dengan pemakaian. Pedagang yang sudah direlokasi dilarang menjual, mangalihkan, atau menyewakan lokasi usahanya kepada pihak mana pun.
Adapun pembangunan rumah susun sewa di kawasan tersebut baru akan dilaksanakan tahun depan. Pembangunan tersebut dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Bangunan DKI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.