Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan di Jakarta Dibeton mulai Tahun Ini, Apa Bedanya dengan Aspal?

Kompas.com - 13/02/2014, 19:43 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta perlahan-lahan bakal mengganti struktur jalan di Ibu Kota, dari yang semula hanya aspal, menjadi berfondasi beton, mulai tahun ini. Lantas apa perbedaan utama dari dua struktur jalan tersebut?

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Manggas Rudy Siahaan mengatakan, fondasi jalan dari beton lebih menguntungkan ketimbang fondasi aspal hotmix. Lebih cepat pengerjaannya, lebih murah biayanya, dan lebih tahan lama permukaan jalannya adalah sejumlah hal yang menjadi kelebihan pertama.

"Aspal hotmix hampir butuh waktu satu hari satu malam untuk pengerjaannya, sedangkan fondasi beton hanya butuh 8 jam hingga mengering, maksimal 12 jam jika hujan," ujar Rudi saat berbincang dengan wartawan, Rabu (12/2/2014) lalu.

Dari segi biaya pengerjaan, keduanya juga tidak jauh berbeda. Biaya perkerasan aspal hotmix seluas 1 meter persegi yang terdiri dari lapisan CBR, pasir batu 30 cm, makandam 20 cm, dan aspal hotmix 5 cm adalah Rp 400.000. Sementara itu, beton dengan tebal 30 cm ditambah lantai kerja membutuhkan biaya Rp 450.000.

Biaya pemeliharaannya pun jauh lebih hemat. Jalan beton sama sekali tidak membutuhkan biaya perawatan. Berbeda dengan aspal hotmix yang akan rusak saban hujan melanda, dengan biaya Rp 100.000 per satu meter persegi.

Perbaikan jalan DKI Jakarta biasanya dilakukan setiap enam bulan sekali. Sekadar gambaran, angka kerusakan jalan sampai 6 Februari kemarin tercatat sebanyak 6.201 titik di 561 ruas jalan. Dari data itu, luas kerusakan jalan mencapai 135.746 meter persegi.

Adapun perbaikan jalan sejak Januari sebanyak 4.436 titik dengan luas 93.486 meter persegi. Saat ini, masih tersisa 1.768 titik kerusakan dengan luas 42.260 meter persegi.

"Coba, bisa hemat berapa kita kalau semua jalan dibeton. Udah jalannya mulus, enggak mudah rusak, hemat pula," lanjut Rudy.

Beberapa waktu lalu, Rudy mengumpulkan semua kepala suku dinas dan kepala bidang jalan. Dia mengarahkan agar perbaikan jalan rusak langsung menggunakan sistem beton, bukan aspal.

"Kita dorong menggunakan beton jalan yang kualitasnya diakui internasional. Jalan inspeksi, jalan kampung pun dibeton," ujarnya.

Begitu APBD 2014 selesai dievaluasi oleh Kementerian Dalam Negeri, proyek pembetonan jalan itu akan langsung dilaksanakan. Adapaun jalan provinsi dikerjakan Dinas PU. Sementara itu, pembetonan jalan-jalan kampung bakal diserahkan ke suku dinas PU wilayah.

Bulan Februari 2014 ini, lanjut Rudy, beberapa jalan besar akan mulai dibeton. Misalnya, Jalan Abdulah Syafei dan Jalan Prof Dr Satrio di depan Kota Kasablanka (Jakarta Selatan), beberapa ruas jalan di Gunung Sahari (Jakarta Pusat), dan Stasiun Beos (Jakarta Barat).

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo meninjau proses pembetonan di sepanjang Jalan Abdullah Syafei pada Rabu tengah malam tadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suasana Haru Iringi Keberangkatan Jemaah Haji di Kota Bogor

Suasana Haru Iringi Keberangkatan Jemaah Haji di Kota Bogor

Megapolitan
Sudah Dievakuasi, Bangkai Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Dibawa ke Bandara Pondok Cabe

Sudah Dievakuasi, Bangkai Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Dibawa ke Bandara Pondok Cabe

Megapolitan
Tiga Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Dibawa Pulang Keluarga dari RS Polri

Tiga Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Dibawa Pulang Keluarga dari RS Polri

Megapolitan
Marak Kasus Curanmor di Tanjung Priok, Polisi Imbau Masyarakat Kunci Ganda Kendaraan

Marak Kasus Curanmor di Tanjung Priok, Polisi Imbau Masyarakat Kunci Ganda Kendaraan

Megapolitan
'Berkah' di Balik Sumpeknya Macet Jakarta, Jambret Pun Terjebak Tak Bisa Kabur

"Berkah" di Balik Sumpeknya Macet Jakarta, Jambret Pun Terjebak Tak Bisa Kabur

Megapolitan
Ibu di Tanjung Priok Dikira Penculik, Ternyata Ingin Cari Anak Kandung yang Lama Terpisah

Ibu di Tanjung Priok Dikira Penculik, Ternyata Ingin Cari Anak Kandung yang Lama Terpisah

Megapolitan
Dituduh Ingin Culik Anak, Seorang Ibu di Tanjung Priok Diamuk Warga

Dituduh Ingin Culik Anak, Seorang Ibu di Tanjung Priok Diamuk Warga

Megapolitan
KNKT Bakal Cek Percakapan Menara Pengawas dan Pilot Pesawat yang Jatuh di BSD

KNKT Bakal Cek Percakapan Menara Pengawas dan Pilot Pesawat yang Jatuh di BSD

Megapolitan
Mekanisme Pendaftaran PPDB di Jakarta 2024 dan Cara Pengajuan Akunnya

Mekanisme Pendaftaran PPDB di Jakarta 2024 dan Cara Pengajuan Akunnya

Megapolitan
Cerita Saksi Mata Jatuhnya Pesawat di BSD, Sempat Berputar-putar, Tabrak Pohon lalu Menghantam Tanah

Cerita Saksi Mata Jatuhnya Pesawat di BSD, Sempat Berputar-putar, Tabrak Pohon lalu Menghantam Tanah

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Megapolitan
Modus Maling Motor di Jakut, Cegat Korban di Tengah Jalan dan Tuduh Tusuk Orang

Modus Maling Motor di Jakut, Cegat Korban di Tengah Jalan dan Tuduh Tusuk Orang

Megapolitan
Detik-detik Terjatuhnya Pesawat Latih di BSD, Pilot Serukan 'Mayday!' lalu Hilang Kontak

Detik-detik Terjatuhnya Pesawat Latih di BSD, Pilot Serukan "Mayday!" lalu Hilang Kontak

Megapolitan
Saksi Sebut Satu Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas

Saksi Sebut Satu Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com